Tidak terbayangkan oleh Mercy, bahwa dirinya harus berjuang melawan kanker ganas yang siap merenggut nyawanya. Awalnya, benjolan yang ada di payudara sebelah kirinya hanya karena ia akan berhenti menyusui ASI saja. Namun setiap kali melihat poster peringatan bahaya kanker payudara, hatinya terasa tidak enak. Ia pun akhirnya memeriksakan diri ke dokter tanpa setahu suaminya.
“Dokter kandungan bilang, ‘Aduh, ini sepertinya hal yang lain. Coba kamu mamografi, kamu USG. Ini bukan hal biasa, bukan karena mau berhenti ASI.’ Saya deg-degan, tapi saya usahakan nenangin diri.”
Hasil pemeriksaan sungguh mengejutkan Mercy. Ada sebuah benjolan besar dengan diameter antara 3,5 cm – 5 cm, dan diduga ada keganasan.
“Saya langsung shock.. saya merasa hidup saya sudah berakhir.”
Mercy galau, ia tidak sanggup menanggung derita itu sendiri. Sesampainya di rumah, ia menghubungi suaminya yang sedang bekerja. Darmaputra, suami Mercy seakan tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Ia meminta untuk Mercy melakukan pemeriksaan ulang. Di awal tahun 2009 itu, Mercy menjalani biopsy, dan hasilnya tetap sama, Mercy sedang digerogoti oleh kanker ganas.
“Saya setengah ngga percaya, setengah percaya bercampur dengan takut dan cemas. Pokoknya campur aduk semua,” ungkap Darma.
Diagnosa dokter menyatakan bahwa Mercy sudah berada di stadium 3 dan kankernya sangat agresif. Hal ini membuat Darma dan Mercy sangat takut.
“Saya ingat banget waktu di vonis kanker itu, saya sujud di kamar, saya berdoa, ‘Tuhan, ampuni saya. Saya ngga tahu apa yang akan terjadi di depan nanti, tapi saya takut. Tuhan, tolong beri saya kekuatan untuk bisa menghadapi ini semua Tuhan.’ Setelah saya berdoa seperti itu, hati kecil saya berkata, ‘Ngga ada apa-apa. Ngga ada apa-apa.’”
Berbagai informasi pengobatan kanker dicari oleh Mercy dan Darma. Namun semua info yang mereka dapatkan malah membuat Mercy semakin ketakutan, “Saya bertanya pada Tuhan, ‘Tuhan, apa yang mustahil bagi-Mu? Apa yang tidak bisa Engkau lakukan Tuhan? Katakan padaku Tuhan… Saya baca firman-Mu, Kau katakana tidak ada yang mustahil bagimu.. Sekarang apa yang tidak bisa kau lakukan Tuhan? Tolong katakan Tuhan?’”
Malam itu, Mercy tidak mendapatkan jawaban dari seruan dan pertanyaannya. Namun keesokan harinya, Mercy menerima jawaban atas pertanyaanya melalui firman Tuhan yang dibacanya.
“Saya mendapatkan firman Tuhan tentang angin ribut: mengapa kamu takut, mengapa kamu kurang percaya? Firman itu adalah perkataan Yesus sendiri. Saat itu, sebelum saya pergi ke gereja, saya minta ampun sama Tuhan. ‘Tuhan ampuni saya kalau saya takut. Ampuni saya kalau saya kurang percaya.’ Saat itu saya bangkit lagi.”
Sekalipun enggan untuk berobat ke luar negeri, namun akhirnya Mercy berangkat juga ke Singapura untuk menjalani pengobatan. Setelah menjalani pemeriksaan intensif hasilnya malah lebih buruk lagi, ternyata penyebaran sudah sampai ke liver dan tulang belakang. Bahkan dokter yang menangani Mercy menyampaikan kepada suaminya bahwa sebenarnya kanker yang diidap oleh Mercy sudah sampai pada stadium empat, dan yang paling berbahaya adalah kanker yang berada di liver, karena jika tidak segera ditangani maka akan mengalami gagal liver dan dapat menyebabkan komplikasi. Dokter menyarankan agar segera dilakukan kemoterapi.
“Ngga tahu kenapa, saya berkata, ‘Ok, kemo sekarang.’” Ucap Mercy.
Mercy terus mengucap syukur saat menjalani proses pengobatannya. Selama tiga bulan penuh, Mercy menjalani 12 kali kemoterapi. Bahkan saat ia mengalami kerontokan rambut akibat pengaruh kemoterapi, ia memutuskan untuk menggunduli kepalanya.
“Waktu kemo ke 7, ke 8, rontoknya lebih parah lagi. Saya panggil tukang gunting rambut ke rumah, saya botakin aja. Licin, selicin-licinnya. Saya percaya setelah itu akan tumbuh rambut yang lebih baik. Saya pada dasarnya rela, saya rela pada apa yang Tuhan ijinkan. Saya rela, saya sangat rela. Saya tulus menerima Tuhan berkarya dalam hidup saya. Jadi semua perasaan malu dan menutup diri itu tidak ada.”
“Saya berserah pada Tuhan. Bukan pasrah, kalau pasrah kita tidak ada perjuangan. Tapi saya berserah dalam arti saya berjuang, dan perjuangan saya, saya serahkan pada Tuhan. Saya tidak berjuang sendiri, saya percaya Tuhan berjuang bersama saya. Saya percaya bahwa hidup saya tidak berakhir disitu. Saya punya harapan besar.”
Mercy tidak mau dikalahkan oleh kanker yang menggerogotinya. Keyakinan Mercy pada Tuhan yang sanggup menyembuhkannya, ia tuangkan dalam lagu-lagu yang ia buat. Tuhan melihat iman Mercy dan suaminya Darma, sehingga sebuah keajaiban terjadi. Setelah menjalani hampir setengah perawatan kemo, hampir semua kanker yang ada di tubuh Mercy hilang. Bahkan setelah menyelesaikan 12 kali kemo, Mercy dinyatakan sembuh total. Kini Mercy bisa menikmati kehidupannya bersama suami dan anak-anaknya tanpa dibayangi kematian.
“Saya percaya bukan karena dokter, bukan karena saya berobat dengan canggih, atau obat yang mahal. Saya hanya berserah pada Tuhan, tiap hari saya berdoa minta Tuhan yang menyembuhkan saya. ‘Aku tahu bahwa Tuhan memberikan kemenangan pada orang-orang yang diurapinya, dengan tangan kanan-Nya yang gilang-gemilang. Firman itu keluar dan menjadi rema dalam hidup saya. Saya percaya kalau saya sudah menang, bukan hanya sembuh. Semakin saya merasakan bahwa Yesus itu harta, harta yang terindah di dalam hidup saya.” (Kisah ini ditayangkan 21 Desember 2010 dalam acara Solusi Life di O’Channel)
Sumber Kesaksian:
Mercy Elizabeth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar