Senin, 21 Februari 2011

Ricardo Kaka, Lumpuh sebelum Mengguncang dunia [INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA]

Lahir di Brasilia tahun 1982 dengan nama Ricardo Izecson dos Santos Leite, Kaka lahir dari sebuah keluarga penginjil yang kaya raya. Namun hal itu tidak membuat ia menjadi sombong dengan mengandalkan kekayaan keluarganya, ataupun mengikuti jalan hidup keluarganya dengan menjadi penginjil. Kaka punya jalannya sendiri dan caranya sendiri.

Sejak kecil ia sangat menyukai sepakbola, bahkan dalam usia remaja ia menjadi pemain yang cukup terkenal di daerahnya dengan bermain sebagai pemain cadangan di klub San Paulo. Namun pada usia 18 tahun sebuah bencana terjadi, ia mengalami cidera punggung yang serius saat sedang berenang. Dokter mengatakan ia tidak bisa bermain sepakbola lagi, bahkan kemungkinan besar akan lumpuh akbibat cidera itu.

Tidak ada tindakan operasi atau terapi yang bisa menyelamatkannya. Hidup Kaka hancur berantakan saat itu, kecintaannya pada sepakbola demikian besar, kini semua harus berakhir, bahkan sisa hidupnya harus diisi dengan menjalani kelumpuhannya. Namun Kaka tahu kemana ia harus minta tolong saat dokter sudah angkat tangan. Kaka bergumul dengan Tuhan, tak putus-putusnya ia berdoa memohon kesembuhannya. Ia bernazar pada Tuhan, bila ia sembuh dan dapat bermain sepakbola lagi, ia akan mempersembahkan seluruh prestasinya itu pada Tuhan Yesus.

Dan keajaibanpun terjadi, setahun setelah kecelakaannya itu tepatnya tahun 2001, Tuhan menyembuhkannya, ia sembuh total dari sakitnya. Bahkan ia dapat merumput bermain sepakbola lagi. Tuhan juga memberikan hadiah bonus, ia tidak lagi menjadi pemain cadangan melainkan menjadi pemain utama dan andalan dalam klubnya.

Tuhan membuat permainan Kaka menjadi begitu hebat sehingga manager tim nasional Brazil terpikat akan permainannya, dan memanggil Kaka untuk mengenakan baju kebesaran tim Brazil, emas dan hijau, dipercaya untuk bertarung di piala dunia 2002. Dari sekian banyak bakat baru bersinar di Brazil, ia hanyalah seorang pemain muda yang belum setahun membela klubnya, namun sudah dipanggil masuk tim nasional. Bagi Kaka itu adalah keajaiban dan anugerah yang besar baginya.

Di bawah pembelaannya Brazil pun menang, peristiwa legendaris yang menggemparkan dunia itupun terjadi, Kaka mengangkat seragamnya dan di baliknya ada sebuah tulisan yang menggegerkan, kaos putih itu bertuliskan “I Love Jesus”. Itu terus dilakukannya setiap kali teman-temannya merayakan gol. Dan akhirnya Brazil pun memenangkan Piala Dunia 2002, setelah menaklukan Jerman di final dengan skor 2-0. Dalam parade kemenangan di negaranya sendiri, kaos kesayangan yang bertuliskan ‘I Belong To Jesus’ itu tidak pernah dilepasnya. Hal itu menginspirasi banyak pemain Brazil (bahkan pemain negara lain) melakukan hal yang sama.

Saat diwawancara oleh stasiun TV dan ditanya mengapa ia melakukan hal itu, ia berkata, “Saya ingin memperlihatkan dengan hidup dan kerja saya, apa yang telah Tuhan lakukan bagi saya, supaya orang lain dapat melihat apa yang Tuhan bisa lakukan dalam kehidupan mereka.”

Permainannya yang cantik di Piala Dunia tidak luput dari perhatian sebuah klub raksasa di Italia, AC Milan. Tidak lama kemudian mereka meminta Kaka masuk dalam timnya sebagai pemain utama. Kaka pun pindah bergabung dengan AC Milan, masuk dalam liga Italia yang keras dan penuh bintang. Namun dalam musim pertamanya di Liga Italia seri A, ia langsung menyumbangkan gelar juara scudetto bagi AC Milan.

Namun cinta dan kesetiannya hanya pada Caroline Celico, kekasihnya yang jauh di Brazil. Walaupun kehidupan pemain sepakbola selalu dikeliling wanita-wanita cantik super model, atau pesta-pesta kemenangan, Kaka selalu menghindari semuanya itu. Tahun 2005, Kaka meminang Caroline, dalam sebuah upacara perkawinan yang sangat sederhana, sangat berbeda dengan pernikahan selebritis lain yang super mewah.

Kaka membuktikan pada mata dunia, bahwa ia adalah murid Kristus sejati dalam final liga Champion Mei 2007. Menjadi pahlawan kemenangan melawan Liverpool, Kaka langsung merayakan golnya dengan membuka kaosnya dan menunjukan tulisan “I belong to Jesus” kemudian berlutut berdoa bersyukur di tengah lapangan. Teman-temannya yang lain turut merayakannya, tapi mereka mengerti dan tidak mengganggu Kaka yang sedang berdoa. Peristiwa ini ditonton jutaan pemirsa yang menyaksikan final Liga Champion 2007.

Source : Berlowin.com/dpt

CURRICULUM VITAE YESUS KRISTUS

Nama : Yesus Kristus
Alamat : Markus 16:19 .....sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah
Telepon : Doa, iman, percaya, pengharapan
Website : Alkitab (Injil)
Password : Kristus,Tuhan, Juru Selamat,Yesus
Tujuan :
Aku menyampaikan kepada kalian riwayat hidup-Ku ini, karena Aku sedang mengusahakan suatu posisi management puncak dalam hatimu. Silakan membaca data pribadi-Ku berikut ini.
KeistimewaanKU:
1. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam Nama-Mu (Bapa), yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa (Yoh 17:12)
2. "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18)
3. Aku menebus manusia dari kutukan hukum taurat (Galatia3:13)
4. Berkat-berkat Perjanjian dengan Abraham datang atas diri kamu lewat diriKu (Galatia3:14)
5. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. (Matius11:5)
6. Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yesaya 9:5)
7. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang (Yes 5:10 ) TUHAN adil dalam segala jalan-Nya (Mazmur 145:17), setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. (Mazmur 145:13)
8. Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." (Amsal 1:33)
9. Aku mempertaruhkan hidupKu supaya kamu dapat hidup (2Korintus 5:15)
10. Aku adalah pendamaian untuk segala dosa kita. (1 Yoh 12:47) Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. (Matius 26:28) Aku mempunyai kuasa, kemampuan dan kekuatan untuk membersihkan dosa-dosamu ( I Yoh 1:7-9)
11. Dan masih banyak lagi, masih banyak lagi tak tertuliskan

Personality :
TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (Bilangan 14:18)
Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita (Mazmur 103:9,10)

Latar Belakang :
Aku menguasai seluruh pengetahuan yang luas dan dalam, kebijaksanaan dan pengertian.
Dalam diriku tersimpan segala harta hikmat dan pengetahuan (kolose 2 :3)
FirmanKu begitu kuat; sehingga sebagaimana sudah ditulis menjadi sebuah pelita untuk kakimu dan terang untuk langkahmu (Mazmur 119:105). Aku bahkan dapat mengungkapkan semua rahasia hatimu (Mazmur 44:22)

Achievement :
Ada banyak perbuatan menakjubkan yang besar, terlalu banyak untuk dicatat di sini. Anda dapat membacanya di WebsiteKu dengan nama: Alkitab (Injil)

Referensi:
Umat beriman dan para pengikut di seluruh dunia akan menyaksikan kesembuhan, keselamatan, pelepasan, mukjizat, pemulihan ilahiku dan Bimbingan adikodrati.

Ringkasan:
Sekarang bagaimana anda telah membaca cvKU, Aku Yakin bahwa Aku merupakan satu-satunya calon yang berkualitas dan unik untuk mengisi posisi penting dalam hatimu.
Akhir kata, Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri..
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)
Aku akan menuntun langkahmu dan menghantar Anda menuju kehidupan yang kekal (Yoh 6:47).
Kapan Aku dapat memulai? Waktu adalah yang terpenting
(Ibrani 3:15)


Best regards
Yesus

Minggu, 20 Februari 2011

Aku Butuh TanganMu (Sebuah kisah Nyata) _TERINSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA

Seorang suster. Setelah terjadi hujan lebat yang mendatangkan banjir dan menghanyutkan puluhan rumah penduduk di daerah kumuh Philipina, datang mengunjungi tempat itu. Ketika tiba di Smoky Mountain yang terkenal itu, suster melihat seorang anak berdiri telanjang di depan sebuah rumah. Dinding rumah yang terbuat dari sisa-sisa sampah itu telah terbawa banjir. Dengan pandangan sejenak, segala yang ada dalam rumah tersebut bisa dilihat tanpa hambatan apapun, karena memang rumah tersebut tak berdinding. Dengan penuh rasa belas kasih suster itu bertanya; “Di manakah ibumu?”

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut anak itu. Matanya memandang jauh ke depan. Namun pancaran matanya mengatakan bahwa ia tak memiliki masa depan yang jelas. Ia telah kehilangan segalanya. Kedua orang tuanya telah hanyut bersama banjir. Dan satu-satunya yang kini ia miliki cumanlah sebuah rumah tak berdinding, sebuah rumah tak beratap. Matanya jauh menatap sebuah kehampaan.

Sang suster seakan mendapat pukulan yang keras dalam bathinnya. Kata-kata Yesus terdengar jelas di telinga suster itu; “Aku datang agar kamu memperoleh kepenuhan hidup.” Namun......apakah anak ini memperoleh kehidupan yang penuh?? Suatu kepenuhan dalam kehampaan?? Dalam kebisuannya, anak itu seakan berkata; “Aku butuh uluran tanganmu.”

Suster itu bertanya keras; “Yesus, apakah Engkaupun datang untuk anak yang malang ini?? Dan apakah yang harus aku perbuat???”
Peristiwa ini ternyata menjadi awal pertobatan suster tersebut, yang selanjutnya mengabdikan diri untuk hidup bersama kaum miskin, membantu mereka untuk bangun dan membantu diri sendiri.

-----------------------

-.) Banyak orang di sekitar kita membutuhkan ketulusan uluran tangan kita.
-.) Temanku, Tuhan membutuhkan tanganmu.

Hanya Satu Nama Yang Sanggup Tolong Saya ~ SEBUAH INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA

Terkadang suara dan prilakunya seperti seorang nenek tua, dan ketika mengamuk auman dan cakarannya seperti seekor harimau. Inilah kisah Euis Eliawati, wanita yang disiksa oleh tiga roh yang menguasainya.

Semua itu diawali dari tubuh Eli yang lemah dan mudah pingsan. Hanya karena belum makan, lelah atau merasa tertekan dirinya bisa tiba-tiba jatuh terkapar tak sadarkan diri.

“Setiap hari saya hampir selalu pingsan. Kalau terlambat makan, saya pingsan. Kalau saya mendapatkan tekanan, atau saya dimarah, selalu saya pingsan. Jadi saya lemah, hingga akhirnya saya punya penyakit yang parah,” demikian pengakuan Eli.

Hal ini terus berlangsung setiap hari selama bertahun-tahun, hingga suatu hari hampir saja nyawa Eli hampir saja tidak tertolong lagi.

“Waktu itu saya pingsan sampai satu hari saya tidak bisa bangun-bangun, lalu dibawa kerumah sakit. Ternyata dokter bilang, ‘Ini usus buntunya sudah pecah. Satu jam lagi saja, tidak bisa ditolong.’ Saya waktu itu langsung di operasi.”

Namun operasi tersebut tidak menyelesaikan masalah yang dialami oleh Eli. Satu minggu setelah operasi tersebut, kondisi Eli malah semakin parah.

“Penyakit itu malah tambah parah. Sesudah di operasi, baru satu minggu, saya malah kerasukan.”

Sekalipun kondisi Eli yang belum pulih dari luka operasinya, namun beberapa orang yang mencoba menenangkannya tidak sanggup untuk menahannya. Eli memberontak tak terkendali sambil berteriak-teriak dan mengerang.

“Waktu itu, sampai orang-orang itu ngga bisa tahan, ngga bisa pegang. Sampai lima orang, enam orang, mereka itu tidak bisa memegang saya kalau saya sudah kerasukan. Orang-orang juga mulai ketakutan, kok saya baru dioperasi tapi bisa berontak seperti itu.”

Berulang kali Eli melakukan pengobatan di rumah sakit, namun penyakitnya tak kunjung sembuh juga. Melihat penderitaan putrinya, ibu Eli akhirnya mencari cara alternatif melalui dukun-dukun. Tidak hanya itu, kakeknya yang memiliki ilmu pun turut berupaya untuk menyembuhkannya.

“Kakek saya selalu ngasih jampe-jampe. Jadi sebelum tidur, saya selalu dikasih jampe-jampe dulu.”

Apa yang dialaminya bukanlah penyakit biasa, menurut pengakuan Eli, dirinya telah diguna-guna oleh orang lain.

“Ternyata penyakit saya ini guna-guna. Ada yang guna-guna yaitu supaya saya mati.”

Setelah berhasil menyingkirkan guna-guna tersebut, sang kakek memasukkan ketubuhnya berbagai roh dengan maksud melindunginya. Tetapi, bukannya melindungi, roh-roh itu malah menyiksa tubuh dan jiwanya.

“Guna-guna itu hilang, kakek saya masukin dengan maksud penjagaan, yaitu sekitar tempat tidur saya ditaruh keris. Terus saya juga dikasih (roh) harimau, dikasih juga (roh) nenek tua dengan putri. Maksudnya adalah agar guna-guna itu ngga masuk lagi dalam diri saya.”

Tetapi semua itu bukannya membuat Eli semakin sehat, malah membuatnya sering kerasukan setan dan membuatnya tersiksa, “Kalau saya ngga ditunggu, saya bisa hilang (kesadaran). Saya seperti didorong, ‘Kamu pergi!’ Kadang-kadang kalau sudah mulai magrip, itu suka jadi.”

Kondisinya yang sering kerasukan tersebut sempat membuat keluarganya kuatir, namun sang kakek malah membiarkannya. Sejak kecil Eli memang cucu yang paling dekat dengan sang kakek. Sejak ia masih kecil hingga ia dewasa, Eli sering diajak kakeknya ke gunung-gunung dan tempat-tempat keramat. Namun semua itu bukanlah tanpa tujuan, kakek Eli memang sedang mempersiapkannya untuk mewarisi semua ilmu-ilmu yang dimiliki sang kakek demi memenuhi ambisi pribadinya.

“Semenjak saya sakit, kakek saya memperlakukan saya special sekali. Karena kakek saya tahu bahwa didalam diri saya ada mustika. Kalau saya mengikuti mustika itu, maka kakek saya akan lebih terkenal lagi. Kuasa di dalam diri saya itu, akan bertambah ke dalam kakek saya. Jadi yang ia kejar-kejar adalah mustika yang ada di dalam diri saya.”

Semakin hari, Eli semakin lemah bahkan hanya bisa terbaring di ranjang. Tidak sedikitpun makanan yang bisa ditelannya. Kakeknya dan dukun-dukun lainnya tidak dapat menolongnya, tetapi keinginan Eli untuk sembuh begitu besar.

“Saya ngga mau sakit, ngga mau seperti ini. Tetapi saya sudah pasrah, mungkin saya harus menunggu kematian saja,” ungkapnya.

Melihat kondisi Eli yang semakin parah, seorang teman nekat untuk membawa Eli kerumah orangtuanya. Disanalah Eli didoakan oleh keluarga Yadi, namun roh-roh yang didalam tubuhnya semakin kuat memberontak. Selama satu bulan, keluarga tersebut terus mendoakan Eli. Hingga suatu malam, sebuah kejadian supranatural terjadi.

“Waktu saya lagi tidur, tiba-tiba saya bermimpi. Ada orang-orang pakai baju putih, terus mereka bawa kitab suci. Ada banyak orang disitu. Terus saya di dorong, karena saya diluar, saya di dorong untuk masuk tapi saya ngga mau. Tetapi dorongan itu kuat sekali. Akhirnya saya mendengar suara, ‘Eli kalau kamu mau sembuh, hanya nama Yesus yang sanggup menyembuhkan segala penyakitmu.’ Satu kali, saya tidak bisa menyebutkan nama Yesus itu. Kedua kali suara itu ngomong lagi, ‘Eli kalau kamu mau sembuh, hanya nama Yesus yang sanggup menyembuhkan sakitmu itu!’ Kedua saya juga belum bisa. Mungkin karena kuasa kegelapannya terlalu banyak dalam diri saya, jadi saya ngga bisa menyebutkan nama Yesus. Tapi ketiga kalinya itu, saya menyebut nama Yesus. Saya berteriak-teriak, ‘Tuhan Yesus tolong saya! Sembuhkan saya hari ini Tuhan! Saya percaya Tuhan..!’ Akhirnya saya berteriak, ‘Tuhan Yesus kalau memang Engkau Juru Selamat, sembuhkan saya.’ Karena saya teriak-teriak, semua orang pada bangun.”

Teriakan Eli membangunkan seisi rumah keluaga Yadi. Setelah mereka tahu bahwa Eli mengalami lawatan Tuhan, keluarga tersebut mendoakannya dan mukjizat pun terjadi. Eli diminta untuk membaca Alkitab saat itu juga, bahkan berjalan.

“Pada saat itu, dia yang tidak bisa baca, dia yang tidak bisa jalan, saat itu saya katakan, ‘Dalam nama Yesus, kamu sekarang baca.’ Matanya kami doakan, ‘Dalam nama Yesus baca!’” Demikian cerita Yadi.

Eli pun membenarkan cerita tersebut, “Saya yang disuruh baca, saya bisa baca. Tadinya saya tidak bisa baca, semuanya buram. ‘Terus sekarang jalan!’ Saya bisa jalan… Oh.. kok saya bisa jalan. Disitulah mukjizat Tuhan terjadi di dalam diri saya, dan saya langsung ada damai sejahtera.”

Peristiwa itu menjadi awal kesembuhan Eli, satu persatu ia dilepaskan dari cengkeraman roh-roh jahat.

“Saya katakan, ‘Tuhan saya mau lepas dari semua itu. Tidak ada lagi ilmu-ilmu, tidak ada lagi roh-roh jahat. Saya benar-benar ingin terlepas.”

Saat ini Eli telah terbebas dari semua ikatan, dan tidak pernah lagi mengalami hal-hal aneh sebab kasih Tuhan Yesus Kristus telah memenuhi hidupnya. Eli menyadari bahwa hanya nama Yesus yang sanggup menyelamatkannya dan membebaskannya. Hal yang sama juga bisa Anda alami, dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. (Kisah ini ditayangkan 5 Agustus 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Euis Eliawati

Sabtu, 19 Februari 2011

Tangisan Untuk Adikku ~SEBUAH INSPIRASI DARI KISAH NYATA

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orangtuaku membajak tanah kering yang kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik laki-laki, tiga tahun lebih muda dariku. Ia mencintaiku lebih daripada aku mencintainya.

Suatu ketika, aku ingin membeli sebuah sapu tangan karena sapu tangan saat itu menjadi sesuatu yang trend. Semua gadis di sekelilingku terlihat membawanya. Tak berani meminta kepada orangtuaku yang miskin, aku pun mencuri 50 sen dari tempat penyimpanan uang ayahku. Ketika ayahku menyadari kehilangannya, ayah membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" ayahku bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi ayah mengatakan, "Baiklah, kalau begitu kalian berdua layak dipukul!" Ketika ayah mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi, tiba-tiba adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku dengan bertubi-tubi. Ayah begitu marah sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai kehabisan nafas. Sesudahnya, ayah duduk di atas ranjang batu bata dan memarahi kami, "Kamu sudah belajar mencuri di rumah sekarang. Hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu pantas dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di tengah malam, aku tak dapat menahan diri dan menangis terisak-isak. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak akan pernah lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun dan aku berusia 11 tahun.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di kota Kabupaten. Pada saat yang sama saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas di kota propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman sambil menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya bergumam, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik!" Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas. "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Saya telah cukup banyak membaca buku." Ayah menampar adikku dan berkata, "Mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika saya harus mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitulah, ayah kemudian mengetuk setiap rumah di dusun kami untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak, ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas."

Siapa sangka keesokan harinya sebelum matahari menampakkan sinarnya, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimkan uang untukmu." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun dan uang yang dihasilkan adikku dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga. Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kalau kamu adalah adikku?" Dia menjawab sambil tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa trenyuh dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu yang melekat di tubuh adikku, dan dengan suara yang tersekat aku berkata, "Aku tidak peduli dengan omongan orang lain! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. Kamu adalah adikku sampai kapanpun juga..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan berkata, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan terus menangis. Tahun itu, ia berusia 20 tahun dan aku 23 tahun.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti seorang gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi ibuku menjawab sambil tersenyum, "Itu adalah hasil kerja adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalutnya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kakak tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu selalu berjatuhan di kakiku. Tapi itu pun tak dapat menghentikanku untuk bekerja." Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23 tahun dan aku 26 tahun.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Sering kali suamiku dan aku mengundang orangtuaku untuk datang dan tinggal bersama kami tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku juga tidak setuju, dan ia hanya mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Lalu suamiku menjadi direktur di pabriknya, kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya pun menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka serius seperti ini. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar - ia baru saja jadi direktur dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dibicarakan orang?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan akupun hanya dapat berkata dengan suara tercekat, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun dan aku 29 tahun.

Adikku kemudian berusia 30 tahun ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, MC bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Bahkan tanpa berpikir ia menjawab, "Kakakku!"

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kejadian di masa kecil kami yang bahkan akupun tak lagi mengingatnya. "Ketika kami masih SD, sekolah kami berada di luar dusun tempat kami tinggal. Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari di musim dingin, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya dan ia hanya memakai satu sarung tangan untuk berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun di wajahku seperti sungai.