Sabtu, 02 April 2011

Doa Seorang Dokter Bangkitkan Pasien Meninggal (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Seorang pasien bernama Jeff Markin telah dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung yang terjadi tiba-tiba. Dokter Chauncey W. Crandall yang menangani Markin, sudah keluar dari Rumah Sakit dan hampir saja menandatangani buku laporan kematian, sebelum ia merasa harus segera kembali dan “menyetrum” Markin yang telah terbujur kaku.

Satu kejutan listrik dalam kabel defibrillator yang ia tempelkan di dada Markin, membuat pasien yang kala itu ia gambarkan kulitnya mulai berubah menjadi hitam dan telah meninggal 40 menit, tiba-tiba saja bangkit dan hidup kembali seperti sedia kala.

Memang peristiwa itu telah lama terjadi pada 20 Oktober 2006, di Palm Beach Gardens Medical Center, AS. Namun sedikit yang mengetahuinya bahwa kebangkitan Markin itu sebenarnya adalah kuasa doa yang dipanjatkan oleh Dokter Crandall sebelum menyetrum Markin. Mukjizat itu pula yang menginspirasinya untuk menuliskan sebuah buku berjudul “Raising the Dead: A Doctor Encounters the Miraculous.”

Crandall bercerita bahwa Tuhan memerintahkanya untuk berbalik dan segera mendoakan Markin. "Sebelum saya melewati pintu, aku merasa Tuhan menyuruhku berbalik dan berdoa untuk pasien," katanya. Dia juga melanjutkan bahwa Tuhan menyuruhnya untuk memberikan Markin satu kejutan lagi dengan defibrillator, dan memonitor detak jantung Markin yang mulai stabil. Markin tetap hidup sampai hari ini dan sehat.

Crandall adalah kepala program transplantasi jantung di Palm Beach Cardiovascular Clinic di Palm Beach Gardens dan staf di Good Samaritan Medical Center and Jupiter Medical Center. Dia menjadi dosen nasional pada topik termasuk transplantasi jantung, kardiologi, perawatan kesehatan pada lansia.

Dalam buku inilah Crandall mengeksplorasi semua bentuk perawatan mulai leukemia dan mencari juga diteliti apa yang Alkitab katakan tentang kesembuhan. Crandal merekomendasikannya untuk Jaringan Dokter Kristen Dunia dan menemukan bahwa ratusan dokter dari 40 negara menggunakan "penyembuhan spiritual" dan percaya obat itu saja tidak dapat menyelesaikan semua masalah.

Ia mendirikan Yayasan Chadwick untuk menghormati anak bungsunya. Dia menjelaskan dalam bukunya bagaimana Allah dapat mengatasi penyakit dan bagaimana gangguan spiritual berasal dari benda yang bahkan tidak berbahaya tampak seperti buku. Dia menunjukkan cara doa, pujian dan syukur menghilangkan tekanan. Mendokumentasikan supranatural, yang menceritakan kisah perlindungan Tuhan untuk target dalam rajam modern dan doa-doa misterius yang muncul di dinding kamar rumah sakit anaknya.


Source : worldnetdaily/dpt

Hendy, Kecanduan Dengan Tubuh Wanita (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

100% Kisah Nyata
Semakin di larang, semakin penasaran, itulah yang di alami Hendy yang waktu itu masih berumur 10 tahun. Orang-orang dewasa yang sedang asik menonton film porno itu tidak pernah tahu bahwa Hendy akhirnya mengintip di balik celah kayu. Namun tidak hanya sebatas menonton, Hendy dengan nekadnya mempraktekkan apa yang ditontonnya dengan teman mainnya.

“Saya ajak teman sepermainan saya untuk melakukan apa yang saya tonton. Sebenarnya waktu itu saya belum bisa menikmatinya, cuma mau melakukannya,” demikian jelas Hendy.

Sejak itu, Hendy menjadi pemburu seks. Tiap gadis yang ia pacari, pasti berakhir dengan hubungan badan. Ia tidak takut dengan sakit kelamin ataupun resiko kehamilan, asalkan dirinya dipuaskan. Sebagai piala bagi keberhasilannya, tak jarang ia mengabadikan wajah wanita-wanita yang telah jatuh dalam pelukannya di telephone genggam.

Tapi di suatu hari dia bertemu dengan seorang gadis bernama Irene. Gadis ini mengalihkan perhatian Hendy dari seks. Hanya dalam waktu empat bulan sejak pertemuan mereka, Hendy menikahi Irene. Akhirnya tiba juga malam pertama yang sudah dinanti-nantikan Hendy.

“Oh.. ternyata cuma segini. Sama saja. Waktu itu dia masih polos, dibandingkan dengan pelacuran yang pernah saya nikmati, ternyata disana lebih nikmat.”
Tidak puas dengan istrinya, di malam ketiga dan ke empat, Hendy sudah mengumbar hasratnya kembali di tempat pelacuran. Hal ini terus berlanjut hingga Irene hamil anak pertamanya, disanalah rahasia itu teruangkap.

“Ternyata selama ini dia telah mengkhianati saya. Dalam hati, saya sangat kecewa banget. Saya nyesel banget sudah menikah sama dia,” ungkap Irene. Namun kekecewaan dan sakit hatinya tidak pernah ia ungkapkan, karena ia tahu pasti, dirinya hanya akan disuruh pulang kerumah orangtuanya.

Ketika sudah tidak tahan lagi, Irena menanyai Hendy yang sering pulang hingga larut malam. Namun bukan jawaban yang ia terima, tapi kata-kata makian dan pukulan yang di dapatnya. Hal ini terus berlanjut hingga anak kedua mereka lahir, konflik demi konflik terus mewarnai kehidupan keluarga Irene dan Hendy. Tak jarang, anak-anak yang menjadi pelampiasan amarah Irene kepada suaminya.

Hendy yang menerima perlakukan dingin dari Irene malah semakin menjadi-jadi. Malah dia berani main api dengan berselingkuh dengan seorang wanita yang bersuami. Ia sengaja menyimpan adegan-adegan ranjang bersama wanita itu di handphonenya untuk membuat istrinya makin sakit hati.

“Dia mau ninggalin suaminya, saya ingin ninggalin istri saya, tujuannya memang itu.”

Melihat foto-foto itu, perang mulut terjadi antara Irene dan Hendy. Ancaman yang Irene lontarkan ternyata tidak cukup ampuh untuk mengubah Hendy. Irene hanya dapat menangis dan meratapi nasibnya saja sambil mengutuki suaminya.

Hingga suatu hari, seorang pria datang ke toko milik Hendy mengajaknya ke sebuah acara bertajuk “Pria Sejati.”

“Dengar kata “Pria Sejati” itu, saya bertanya, ‘Apa saya kurang sejati? Pacar saya di mana-mana, selingkuhan saya dimana-mana. Anak saya sudah dua. Kurang sejati apa saya?’ Saya pikir anak muda ini pasti mau nipu saya. Saya ngga responin, tapi saya juga ngga nolak.”

Sebenarnya Hendy tidak berniat untuk pergi acara ini, namun pada hari H-nya, anak muda tersebut datang menjemput. Karena merasa tidak enak, akhirnya Hendy ikut juga.

Di seminar tersebut, Hendy seakan ditampar oleh kebenaran firman Tuhan yang disampaikan. “Pembicara itu seperti menegur saya tentang dosa yang selama ini saya perbuat. Waktu itu saya sadar, betapa bejatnya saya dihadapan Tuhan. Rasanya saya kotor sekali. Benar-benar dosa yang tidak dapat diampuni.”

Semua yang pernah ia lakukan seperti diputar kembali saat itu. Kekejaman kepada istri dan anak-anaknya, semua perselingkuhan dan perzinahan yang sudah ia lakukan.

“Pembicara itu bilang, pria sebagai kepala rumah tangga adalah sumber. Kalau sumbernya tidak benar maka semuanya tidak benar. Saya terpikir anak saya, kalau saya sebagai sumbernya tidak benar maka anak-anak saya nanti ngga benar. Saya mengambil komitmen, saya akan meninggalkan semua kehidupan lama saya. Saya mau mengasihi istri dan anak-anak saya.”

Saat Hendy mengambil komitmen itu dihadapan Tuhan, tiba-tiba sebuah cahaya putih melingkupinya. “Saya tersungkur, saya ngga sanggup untuk bangun waktu itu.”

Untuk pertama kalinya, Hendy merasakan kasih dan pengampunan Tuhan mengalir dalam hatinya.

“Kasih itu ada di dalam saya. Saya mendengar firman Tuhan itu, ‘sebesar apapun dosa kamu, sudah Saya ampuni, asalkan Engkau mau bertobat.’ Rasanya beban yang selama ini saya pikul terlepas semua. Rasanya lega sekali.”

Hendy pun pulang dan mendatangi istri dan anak-anaknya. Namun pertobatan Hendy harus di uji oleh sikap tidak percaya dari istrinya.

“Saya anggap air mata dia itu bohong-bohongan saja. Orang setega ini, orang sekasar ini, apa mungkin dia nangis karena benar-benar menyadari apa yang telah ia perbuat?” ungkap Irene yang masih belum bisa mengampuni suaminya.

Rasa sakit karena perlakuan Hendy selama delapan tahun pernikahan mereka, tidak bisa lenyap oleh permintaan maaf Hendy hari itu. Namun Irene pun mengalami pembentukan Tuhan. Lambat laun, Irene menyadari bahwa suaminya telah berubah.

Perceraian bukanlah pilihan bagi Hendy dan Irene, karena mereka memilih membuka hidup mereka bagi Tuhan. Kini, kasih Tuhan yang menjadi perekat bagi rumah tangga Hendy dan Irene. Keterbukaan antara suami istri menjadi penjaga bagi Hendy agar ia tidak jatuh lagi pada lubang yang sama. Jika dulu sumpah serapah dan pertengkaran yang mewarnai kehidupan Hendy dan Irene, kini telah berganti kasih mesra yang dari Tuhan. (Kisah ini ditayangkan 18 Oktober 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Sumber Kesaksian :

Hendy & Irene

Bangkit Setelah 4 Hari Dianggap Mati (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

100% Kisah Nyata

Rismanto sedari remaja sudah menjadi orang yang sangat nakal. Perbuatannya yang suka mencuri uang dan telur dari ayam peliharaan ayahnya kerap membuatnya dia harus dihukum. Sabetan demi sabetan ikat pinggang ayahnya membuat badannya begitu kesakitan. Ayahnya pun tak segan-segan menghukumnya di depan anggota keluarga lainnya yang membuat di dalam dirinya timbullah dendam dirinya untuk membalas semua perbuatan sang ayah.

Menunggu waktu itu datang, amarah dan dendam yang dipendam oleh Anto kepada ayahnya dilampiaskannya di luar rumah. Ia bergaul dengan lingkungan anak-anak yang tidak baik, jorok, dan nakal. Hari-harinya diisi dengan mabuk-mabukkan. Menurutnya, inilah komunitas yang bisa menerima dia.

Perbuatan Anto dan teman-temannya semakin hari semakin brutal dan begitu meresahkan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

"Ada mobil lewat, saya cegat, saya hajar itu mobil, saya pecahkan itu mobil sehingga banyak masyarakat yang resah disana. Gak ada punya pikiran pengen jadi orang seperti ini atau seperti ini," ujarnya.

Anto pun tidak percaya dengan perkataan yang keluar dari mulut ibunya sendiri ketika ia sedang menuju ke ruang ibunya yang sedang berdoa. "Ia bilang, ‘Tuhan cepat ambil nyawa anak saya karena dia telah meresahkan cukup banyak orang' Bukannya mengubah, tetapi dia justru sama saja. Ia tidak menyukai saya, jadi untuk apa lagi saya hidup benar kalau semua orang tidak menyukai saya."

Hatinya hancur, Anto semakin liar. SUatu hari Anto diundang dalam sebuah pesta narkoba.

"Hari itu saya ingat malam minggu. Pesta dimulai jam 8 malam. Di atas meja itulah ada obat-obatan, minum-minuman dan jumlahnya cukup banyak. Saya langsung ambil 8 nih karena saya pingin disebut super kan hari itu. Kan khusus datang dari Bandung. Minum kan diteguk aja gitu tanpa dihitung lagi. Mungkin karena terlalu banyak mengonsumsi dalam waktu yang singkat, langsung minum atau telan, saya pingsan, gak sadarkan diri."

Rekan-rekan Anto, pergi meninggalkannya karena kebingungan. Mereka begitu ketakukan karena dipikir dirinya sudah meninggal jadi mereka menyembunyikan dirinya di ujung kursi tamu dimana mereka waktu itu sedang berpesta minuman keras dan obat-obatan terlarang agar terlepas dari tanggung jawab.

Selama empat hari Anto tidak sadarkan diri, bahkan sudah dianggap mati. Namun begitu lolos dari maut malah dia semakin menjadi-jadi. Setiap hari kerjanya hanya mabuk saja, bahkan seringkali dirinya terkapar di depan pintu kamarnya karena mabuk berat. Suatu hari, saat dia terbangun dari mabuknya, ia kaget karena ada seorang pria muda di samping tempat tidurnya. Pria yang usianya lebih muda darinya itu pun mengajak dirinya bertobat dan berbalik kepada Tuhan.

"Bang, kayaknya hari ini adalah hari yang tepat abang untuk bertobat. Saya hanya ingin abang mau berdoa , jadi abang jangan tolak,” demikian ungkap anak muda itu.

Anto merasakan kasih dan perhatian yang tidak pernah di dapatnya selama ini. Selama dua tahun pria tersebut setia membimbing Anto. Melalui kasih dari pria tersebut, Anto pun dapat mengenal dan merasakan kasih Tuhan. Kasih dan pengampunan yang telah diterimanya dari Tuhan pun akhirnya memampukannya melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya.

"Ketika saya tahu ayah saya di Kalimantan, saya rindu. Dulu saya benci ketemu sama dia, sekarang saya rindu ketemu sama dia. Kerinduan itu saya tulis dalam surat. Saya katakan, ‘Saya rindu Bapak. Kapan Bapak pulang?’ Saya ingin bertemu dengan Bapak karena saya sudah mengampuni dia."

Untuk membenahi hidup yang sebelumnya telah dia hancurkan sendiri, Anto memutuskan untuk kuliah. Dengan berbekal penghasilan sebagai pedagang asongan di lampu merah, ia pun dapat membayar uang kuliahnya ketika itu.

Usahanya tidak sia-sia, Anto lulus kuliah dengan prestasi yang cemerlang dan menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Saat ini, Anto telah menjadi direktur pada perusahaannya sendiri, memiliki sebuah restoran bebek, rental mobil, dan memiliki sebuah lembaga bahasa asing, namun tetap menjadi pribadi yang rendah hati.

"Kehidupan saya dulu tuh ibaratnya seperti seekor kodok buruk, yang tidak mempunyai nilai, yang tidak disukai orang, bahkan kehadirannya dihindari orang ya karena jijik. Karena kasih sayang Tuhan Yesus, saya tidak lagi menjadi kodok buruk, tetapi seorang pangeran," ujar Rismanto mengakhiri kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 11 Oktober 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Rismanto

Kisah Tommy

Sekitar 14 tahun yang lalu, aku berdiri menyaksikan para mahasiswaku berbaris memasuki kelas untuk mengikuti kuliah pertama tentang teologi iman. Pada hari itulah untuk pertama kalinya aku melihat Tommy. Dia sedang menyisir rambutnya yang terurai sampai sekitar 20 cm di bawah bahunya.

Penilaian singkatku: dia seorang yang aneh? Sangat aneh. Tommy ternyata menjadi tantanganku yang terberat. Dia terus-menerus mengajukan keberatan. Dia juga melecehkan tentang kemungkinan Tuhan mencintai secara tanpa pamrih.

Ketika dia muncul untuk mengikuti ujian di akhir kuliah, dia bertanya dengan agak sinis, "Menurut Pastor apakah saya akan pernah menemukan Tuhan?"

"Tidak," jawabku dengan sungguh-sungguh.

"Oh," sahutnya. "Rasanya Anda memang tidak pernah mengajarkan bagaimana menemukan Tuhan."

Kubiarkan dia berjalan sampai lima langkah lagi dari pintu, lalu kupanggil. "Saya rasa kamu tak akan pernah menemukan-Nya. Tapi, saya yakin Dialah yang akan menemukanmu. "

Tommy mengangkat bahu, lalu pergi. Aku merasa agak kecewa karena dia tidak bisa menangkap maksud kata-kataku. Kemudian kudengar Tommy sudah lulus, dan saya bersyukur. Namun kemudian tiba berita yang menyedihkan: Tommy mengidap kanker yang sudah parah.

Sebelum saya sempat mengunjunginya, dia yang lebih dulu menemui saya. Saat dia melangkah masuk ke kantor saya, tubuhnya sudah menyusut, dan rambutnya yang panjang sudah rontok karena pengobatan dengan kemoterapi. Namun, matanya tetap bercahaya dan suaranya, untuk pertama kalinya, terdengar tegas.

"Tommy! Saya sering memikirkanmu. Katanya kamu sakit keras?" tanyaku langsung.

"Oh ya, saya memang sakit keras. Saya menderita kanker. Waktu saya hanya tinggal beberapa minggu lagi."

"Kamu mau membicarakan itu?"

"Boleh saja. Apa yang ingin Pastor ketahui?"

"Bagaimana rasanya baru berumur 24 tahun, tapi kematian sudah menjelang?"

Jawabnya, "Ini lebih baik ketimbang jadi lelaki berumur 50 tahun namun mengira bahwa minum minuman keras, bermain perempuan, dan memburu harta adalah hal-hal yang 'utama' dalam hidup ini."

Lalu dia mengatakan mengapa dia menemuiku. "Sesuatu yang Pastor pernah katakan pada saya pada hari terakhir kuliah Pastor. Saya bertanya waktu itu apakah saya akan pernah menemukan Tuhan, dan Pastor mengatakan tidak. Jawaban yang sungguh mengejutkan saya. Lalu, Pastor mengatakan bahwa Tuhanlah yang akan menemukan saya."

"Saya sering memikirkan kata-kata Bapak itu, meskipun pencarian Tuhan yang saya lakukan pada masa itu tidaklah sungguh-sungguh. Tetapi, ketika dokter mengeluarkan segumpal daging dari pangkal paha saya", Tommy melanjutkan. "Dan mengatakan bahwa gumpalan itu ganas, saya pun mulai serius melacak Tuhan. Dan ketika tumor ganas itu menyebar sampai ke organ-organ vital, saya benar-benar menggedor-gedor pintu sorga. Tapi tak terjadi apa pun..."

"Lalu, saya terbangun di suatu hari, dan saya tidak lagi berusaha keras mencari-cari pesan itu. Saya menghentikan segala usaha itu. Saya memutuskan untuk tidak peduli sama sekali pada Tuhan, kehidupan setelah kematian, atau hal-hal sejenis itu."

"Saya memutuskan untuk melewatkan waktu yang tersisa melakukan hal-hal penting," lanjut Tommy. "Saya teringat tentang Pastor dan kata-kata Pastor yang lain: Kesedihan yang paling utama adalah menjalani hidup tanpa mencintai. Tapi hampir sama sedihnya, meninggalkan dunia ini tanpa mengatakan pada orang yang saya cintai bahwa kau mencintai mereka. Jadi saya memulai dengan orang yang tersulit: ayah saya."

Ayah Tommy waktu itu sedang membaca koran saat anaknya menghampirinya.

"Pa, aku ingin bicara."

"Bicara saja."

"Pa, ini penting sekali." Korannya turun perlahan 8 cm. "Ada apa?"

"Pa, aku mengasihi Papa. Aku hanya ingin Papa tahu itu."

Tommy tersenyum padaku saat mengenang saat itu. "Korannya jatuh ke lantai. Lalu ayah saya melakukan dua hal yang seingatku belum pernah dilakukannya. Ia menangis dan memelukku. Dan kami mengobrol semalaman, meskipun dia harus bekerja besok paginya."

"Dengan ibu saya dan adik saya lebih mudah," sambung Tommy.

"Mereka menangis bersama saya, dan kami berpelukan, dan berbagi hal yang kami rahasiakan bertahun-tahun. Saya hanya menyesalkan mengapa saya harus menunggu sekian lama. Saya berada dalam bayang-bayang kematian, dan saya baru memulai terbuka pada semua orang yang sebenarnya dekat dengan saya.

"Lalu suatu hari saya berbalik dan Tuhan ada di situ. Ia tidak datang saat saya memohon pada-Nya. Rupanya Dia bertindak menurut kehendak-Nya dan pada waktu-Nya. Yang penting adalah Pastor benar. Dia menemukan saya bahkan setelah saya berhenti mencari-Nya. "

"Tommy," aku tersedak. "Menurut saya, kata-katamu lebih universal daripada yang kamu sadari. Kamu menunjukkan bahwa cara terpasti untuk menemukan Tuhan adalah bukan dengan membuatnya menjadi milik pribadi atau penghiburan instan saat membutuhkan, melainkan dengan membuka diri pada cinta kasih."

"Tommy," saya menambahkan, "Boleh saya minta tolong? Maukah kamu datang ke kuliah teologi iman dan mengatakan kepada para mahasiswa saya apa yang baru kamu ceritakan?"

Meskipun kami menjadwalkannya, ia tak berhasil hadir hari itu. Tentu saja, karena ia harus berpulang. Ia melangkah jauh dari iman ke visi. Ia menemukan kehidupan yang jauh lebih indah daripada yang pernah dilihat mata kemanusiaan atau yang pernah dibayangkan. Sebelum ia meninggal, kami mengobrol terakhir kali.

"Saya tak akan mampu hadir di kuliah Bapak," katanya.

"Saya tahu, Tommy."

"Maukah Bapak menceritakannya untuk saya? Maukah Bapak menceritakannya pada dunia untuk saya?"

"Ya, Tommy. Saya akan melakukannya."

Oleh: John Powell, S.J.

Ilmu Kebatinan Dikalahkan Oleh Nama Yesus (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Albert Christian memiliki mimpi besar, ia ingin menjadi orang yang berhikmat, memiliki karisma dan menjadi seorang pemimpin besar. Sedari kecil ayahnya meyakinkannya bahwa ia ditentukan untuk jadi pemimpin besar karena dirinya adalah titisan dari leluhurnya.

Sejak kecil, Albert senang belajar bela diri. Ilmu beladiri yang dimilikinya membuat Albert disegani oleh teman-temannya, dan menjadi buah bibir di kampungnya.

“Saya memiliki indera ke enam, bisa merasakan hal-hal yang akan datang. Saya juga memiliki kesaktian penglihatan, contohnya teman saya punya uang berapa di kantongnya, saya bisa melihat seperti di tv, jumlahya sekian, saya bisa tebak dengan tepat.”

Beranjak dewasa, Albert memperdalam ilmu-ilmu yang dimilikinya. Ia mempelajari ilmu kebatinan, yaitu ilmu karisma atau ilmu kebatinan. Untuk mendapatkan ilmu itu, Albert harus menjalani puasa selama tiga hari atau yang disebutnya puasa pati geni.

Sejak mempelajari ilmu kebatinan itu, Albert mengalami sesuatu yang tidak biasa. Dia sering melihat sesosok orang yang bercahaya, namun ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Setiap kali sosok itu muncul dalam mimpinya, Albert langsung terbangun. Tidak hanya itu, rohnya sering kali keluar dari tubuhnya. Ia bangun dari tidurnya, namun dirinya bisa melihat tubuhnya masih terbaring di tempat tidur.

Namun semua ilmu dan kekuatan yang dimilikinya tidak membuat Albert menjadi seorang pemimpin yang baik, malah menjadi pemimpin yang arogan. Ia sering memarahi bawahannya dengan sangat kasar, bahkan menantang mereka untuk berkelahi.

Karena kesombongan dan gengsinya yang tinggi, hampir setiap hari mengajak teman-temannya ke diskotik. Baginya adalah sebuah kebanggan dapat mentraktir teman-temannya untuk bersenang-senang.

Dibalik kewibawaannya, Albert menyembunyikan sebuah rahasia dengan rapi. Ilmu-ilmu yang dimilikinya membuat Albert menjadi seorang pecandu seks.

“Saya kemas sedemikian rupa, sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Karena saya memegang gengsi. Menjaga yang namanya wibawa. Menjaga yang namanya nama baik, karena bagi saya hal itu adalah kehormatan.”

Tetapi kehidupan berkata lain, pekerjaan yang sebelumnya memberikan kemewahan, dan hormat dari teman-temannya, tiba-tiba harus ia rebut darinya. Albert mengalami PHK, dan ia pun menjalani hidup sebagai seorang pengangguran. Saat itulah ia mulai merenungkan kehidupannya.

“Saya kadang sekitar jam-jam setengah dua pagi itu terbangun, ‘Kalau saya mati bagaimana? Andaikan saya mati mau kemana? Ke sorga atau ke neraka? Selamat atau tidak?’”

Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui Albert. Dia bertanya-tanya apakah ilmu-ilmu yang dimilikinya bisa membawanya kepada kehidupan kekal. Namun setelah ia merenungkan, orang sesakti apapun pada akhirnya akan mati.

“Apa bedanya orang yang berilmu dan tidak? Saya punya ilmu yang bikin saya punya kelebihan, tapi kalau ngga selamat buat apa?”

Dalam keadaannya yang galau itu, Albert di ingatkan pada apa yang ia lakukan di masa kecilnya. Dulu ia memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan dan merasakan damai sejahtera, tidak seperti sekarang ini. Di dalam hati Albert mulai muncul kerinduan untuk kembali bersekutu dengan Tuhan.

Albert akhirnya menemui seorang hamba Tuhan dan meminta tolong untuk di doakan. Namun untuk melepaskan semua ilmu yang ia miliki bukanlah sesuatu yang mudah. Ia merasakan kesakitan yang amat sangat.

“Menyakitkan dan sangat sulit, karena saya belajar ilmu itu banyak banget,” demikian Albert menceritakan apa yang ia rasakan saat doa pelepasan.
Tidak ada kekuatan di dunia ini yang terlalu kuat bagi Tuhan. Demikian juga dengan semua ilmu kebatinan yang mengikat Albert, kuasa Allah sanggup membebaskannya. Dalam nama Yesus Kristus, Albert dibebaskan dan dipulihkan dari keterikatan ilmu kebatinan dan juga seks.

“Seratus persen saya bebas. Saya merasakan kesegaran yang luar biasa dan hati saya merasakan kemerdekaan, seperti tidak ada beban. Luar biasa, saya merasa bangga bertemu dengan Tuhan Yesus. Semua ilmu yang pernah saya pelajari tidak bisa dibandingkan dengan Tuhan Yesus. Di dalam Dia saya menemukan damai sejahtera, sukacita, dan juga kepastian keselamatan.”(Kisah ini ditayangkan 11 November 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian :
Albert Christian

Seorang Anak yang Tega Memukuli Ibu Kandungnya (INSPIRASI DARI SEBUAH KIKSAH NYATA)

100% Kisah Nyata 
Pahitnya hidup sejak kecil telah menimpa hidup Joseph. Ayah yang harusnya jadi pelindung meninggalkannya demi wanita lain.

"Kami tinggal bersama di suatu gubuk yang sangat kecil terbuat dari daun rembia. Kalau malam hari kedinginan. Bahkan ranjang kami terbuat dari papan, tetapi papan yang tidak sebagus papan yang ada, yang biasanya," ujar Joseph membuka kesaksiannya.

Akibat kemiskinan, Joseph dan ibunya hanya bisa menyantap jagung untuk mengganjal perut mereka.

"Menghindari rasa bosan dan sebagainya, jagung itu kadang digiling, kadang ditumbuk, kadang beli beras seadanya untuk dicampurkan dengan jagung itu," kenang Joseph.

Bukan hanya tubuhnya yang menderita karena kemiskinan, bahkan jiwanya tersiksa karena perbuatan ayahnya. Lingkungan sekitar kerap meledeknya sebagai anak yatim, anak tanpa bapak. Tidak hanya itu, ia pun mendapat perlakuan yang tidak adil dari lingkungan sekolahnya. Pernah dalam satu kesempatan di sekolah, gurunya memukulnya dan dipegang lehernya sampai matanya putih.

Penderitaan itu bagai pil pahit yang harus ditelannya, bahkan sepasang seragam sekolah sekalipun tidak sanggup dibeli oleh ibunya. Dalam ketidakberdayaannya itu, ia harus menerima ketika celananya yang sobek harus ditambal berkali-kali. Rasa minder pun hinggap dalam dirinya. Sampai suatu ketika, ia pun mengajukan permohonan kepada ibunya untuk membeli celana baru. Tapi, memang kondisi ibunya yang saat itu serba berkekurangan, celana baru itu tidak pernah terwujud sampai ia menginjak remaja nanti.

Jauh dalam lubuh hati Joseph, tidak bisa menerima keadaannya. Rasa benci kepada ayahnya mulai menguasai hati Joseph. Sampai dewasa, kebencian itu terus membara. Dendam pada ayah, pahit hati pada semua orang yang telah menolaknya, dan juga kemiskinan merubah perilaku Joseph.

"Hari makin hari tambah frontal, tidak hanya pada mama bahkan dengan semua orang. Saya anak yang badung sekali, bandel sekali," ujarnya.

Akibat kenakalannya, Joseph pun harus menerima kemarahan dan tindakan yang keras dari ibunya. Namun, bukannya sadar atas hukuman yang diberikan sang Ibu, Joseph malah semakin membantah. Sampai pada suatu peristiwa yang semakin membuatnya marah kepada sang ibu,yakni ketika dirinya dianggap tidak berguna. Rasa sakit hati itulah yang dirasakannya ketika itu.

Kebencian dan dendam bergejolak dalam hati Joseph. Seorang ibu telah mengutuki anaknya sendiri bahkan perilakunya pun semakin berani dan kasar.

"Saya pulang dari sekolah itu sudah siang. Namun, kata mama "istirahat sedikit setelah itu kita pergi ke ladang' Tetapi, karena saya ngantuk dan capek, mama bangunkan untuk pergi ke ladang. Sudah tiga kali dibangunkan mama, saya tetap tidak indahkan," kisahnya.

Sikap Joseph yang terus bermalas-malasan membuat ibunya menjadi berang. Sang ibu pun mengambil sebuah ember berisi air dan menyiramnya ke tubuh Joseph. Kaget dengan apa yang baru saja diterima, ia pun mendorong dan menendang ibunya tanpa rasa bersalah. Sambil meneteskan air mata, sang ibu pun berlalu meninggalkannya pergi ke ladang seorang diri.

Kekesalan Joseph semakin menjadi-jadi saat dia mengetahui sapi yang digembalakannya dijual oleh ibunya. Dengan segera, ia pun mencari ibunya untuk meluapkan kemarahannya yang sudah terpendam sejak lama. Saat bertemu, perselisihan mulut berlangsung antara ibu-anak ini. Tidak hanya itu, saking sudah bisa mengontrol kemarahannya, pintu pun menjadi luapan emosi Joseph.

Bukannya takut dengan sikap kasar yang ditunjukkannya, sang ibu malah mengambil parang. Tahu dirinya dalam bahaya, Joseph pun berlari ke belakang rumah sambil dikejar sang ibu. Tidak diduga, ia menemukan sebuah bambu yang biasa digunakan untuk memikul air. Bambu inilah yang akhirnya dipukulkan kepada sang ibu yang sedang memegang parang. Ibunya pun terjatuh. Seketika itu juga ia pun mengambil langkah seribu.

Kata-kata kutuk pun kembali ia terima dari sang Ibu yang sedang dalam posisi terjatuh dan sambil menahan perih, kata berisi pengusiran pun keluar dari mulut ibunya tersebut.

Rasa sedih yang sangat dalam membuat Joseph meninggalkan mamanya seorang diri di tengah kemiskinan yang mereka alami.

"Rasa sayang dengan mama itu gak ada. Gak ada sama sekali. Dingin. Saya gak alami belaian dari seorang ibu, saya gak alami kasih sayang dari seorang ibu. Jadi, rasa empati dengan ibu itu gak ada sama sekali," aku Joseph.

Bertahun-tahun, Joseph merasakan hatinya begitu galau di Kupang. Joseph menemui seorang teman yang sebenarnya tidak begitu dekat dengannya.

"Waktu saya dalam keadaan seperti itu, lalu saya datangi beliau dan saya tanya, Paul, bisa tidak kamu cerita apa sih enaknya kamu ikut Tuhan? Anak ini mulai cerita panjang lebar, ikut Tuhan tuh seperti ini, seperti ini, seperti ini," katanya mengawali kisah pertobatannya.

Cerita itu mulai mempengaruhi hati Joseph sehingga Joseph menerima tawaran temannya untuk menyaksikan sebuah film. Tanpa memiliki firasat apa-apa, ia pun datang ke tempat temannya itu. Setelah serasa semuanya telah berkumpul, maka film pun diputar dan ternyata film yang ditontonnya saat itu adalah mengenai akhir zaman.

Kengerian mulai dirasakan hati Joseph ketika film itu berputar. Dia melihat di film itu bagaimana orang benar dalam anggapan manusia ternyata tidak masuk ke dalam surga. Sadar akan dosa-dosanya yang begitu besar, ia pun menjadi begitu ketakutan saat menonton. Kehidupan masa mendatang di neraka seperti sudah terasa saat itu oleh Joseph. Setelah film itu selesai, ia pun bergegas pulang.

Sesampainya di rumah, rasa takut itu bukannya semakin menghilang tetapi semakin kuat terasa hingga akhirnya ia pun menangis. Kebobrokan hidupnya itulah yang membuatnya begitu bersedih ketika itu. Ia merasa bahwa hidupnya tidaklah berharga di mata Tuhan. Bila diibaratkan hidupnya dengan sesuatu, hidupnya saat itu ibarat sampah yang tidak satupun orang mau mendekatinya. Hingga akhirnya ia pun menemui temannya itu lagi, yakni Paul. Ia bertanya kepada Paul, apakah dirinya masih bisa menerima keselamatan dari Tuhan.

Tanpa diduga, Paul pun menjawab bahwa ia masih bisa menerima keselamatan itu, tetapi dengan syarat bahwa dirinya mengaku dosa pada hari itu juga dan percaya kepada Yesus.

Joseph pun mengakui semua kesalahan dan dosanya dan menerima Tuhan dalam hatinya.

"Setelah didoain, saya mengalami ada sesuatu yang lepas dari diri saya membuat saya itu seperti exciting, sebegitu semangat dengan hidup," lanjutnya.

Dan Joseph memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya menemui ibunya yang sudah lama ditinggalkannya. Setiba di rumah, ia pun dengan segera memeluk mamanya dan mamanya pun melakukan hal yang sama. Kata-kata permohonan maaf pun terus keluar dari mulutnya sebagai bukti permohonan maaf mendalam. Baginya, hari itu adalah hari dimana ia merasa bebas dan merasakan pelukan serta kasih dari seorang ibu yang sudah lama dirindukannya.

Hubungan yang retak diantara Joseph dan ibunya telah disatukan kembali bahkan Joseph telah mengampuni perbuatan ayahnya. Saat ini, Joseph telah bangkit dari kemiskinan dan hidup berkecukupan sebagai seorang dosen.

"Tuhan mau menerima saya apa adanya. Tidak melihat kebobrokanku, kenajisan dan kejijikan yang pernah aku buat di masa lampau. Tidak ada tandingannya, Yesus sangat luar biasa, Pribadi yang hebat dan luar biasa bagi saya," ujar Joseph mengakhiri kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 15 November 2010 pada acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Joseph Bising

Adonan Kue Kehidupan

Dua orang anak laki-laki menceritakan kepada neneknya betapa buruknya hari mereka : ada orang yang mengganggu mereka di sekolah, orangtua mereka memarahi mereka, dan mereka terkena flu.

Sang nenek mendengarkan keluh kesah kedua cucunya itu dengan sabar sambil membuat adonan kue. Kemudian nenek itu bertanya apakah kedua anak itu mau makanan ringan, tentu saja keduanya mau.

“Ini, ada sebotol minyak goring,” ujar sang nenek.

“Menjijikkan..” ungkap salah satu anak laki-laki itu.

“Bagaimana jika dua butir telur ini?”

“Tidak enak, nek,” sahut yang satunya.

“Baiklah, bagaimana jika tepung ini saja? Atau mau baking soda saja?”
”Nenek, semua itu tidak enak!” kata mereka bersamaan.

Akhirnya sang nenek pun menjelaskan:

“Ya, semua itu terasa tidak enak jika kamu makan sendiri-sendiri. Tetapi kalau kamu menggabungkan semuanya dan mengaduknya hingga merata, semua itu bisa berubah menjadi sebuah kue yang lezat. Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya mengapa Tuhan mengijinkan kita mengalami hal-hal buruk berulang kali. Tetapi Tuhan tahu bahwa jika Dia menyatukan semua hal-hal buruk itu sesuai dengan kehendak-Nya, maka hal itu akan mendatangkan kebaikan! Kita hanya perlu percaya kepada-Nya dan akhirnya segala sesuatunya akan menjadi indah.”

Jika Anda mengalami hal buruk hari ini, ingatlah nasihat nenek di atas, bahwa jika Anda mengijinkan Allah bekerja dalam hidup Anda, pada akhirnya semua itu akan mendatangkan kebaikan, bukan bagi Anda saja namun juga bagi orang-orang di sekeliling Anda.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Roma 8:28

Sumber : Fathershands.com

Tolong Jangan Lupakan Saya, Pinta Mikayla Francis (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Mikayla Francis mungkin tak akan bisa merayakan Natal lagi. Namun, itu bukan ketakutan terbesar gadis enam tahun ini. Ia meminta dengan suara sendu kepada sang ayah. "Tolong, jangan lupakan ketika saya sudah pergi."

Mikayla menderita kanker hati yang langka dan kini sudah menyebar ke paru-parunya. Sang ayah, Andrew Francis, mengatakan sang anak tercinta terus memeluk orangtuanya.

"Dan mama, jika mama memiliki bayi lagi, akankah menceritakan tentang saya atau tidak?" demikian pertanyaan Mikayla.

"Ia sungguh luar biasa dan tidak mengenal rasa takut sedikitpun. Ia benar-benar menjadi panutan," kata sang ayah. Dokter meminta orangtua Mikayla agar merayakan Natal lebih cepat karena kemungkinan Mikayla tak bisa merayakan Natal dan tak dapat melihat Santa Claus.

Mikayla akan merayakan Natal dan ulang tahu ketujuh pada Sabtu, pekan ini. Semua orang tersentuh akan kisah Mikyala. Banyak yang datang memberikan dukungan, balon, makanan, dan menyediakan kebutuhan ulang tahun serta 500 orang akan datang di perayaan ulang tahunnya.

Mikayla didiagnosa kanker hati hepatoblastoma, Agustus lalu. Francis mengatakan dirinya kagum atas sikap anak perempuannya yang tabah. Dia menghadapi suatu percakapan paling sulit dari setiap orangtua yang memiliki anak, memberitahu bahwa dirinya sedang sekarat.

Ketika sang ayah bertanya apakah dirinya takut, ia menjawab sangat tabah. "Tidak ayah. Saya tidak takut. Saya merasa luar biasa dan sedikit berpikir bahwa sorga akan menjadi tempat yang menyenangkan," katanya.

Suatu ketabahan dan pengakuan iman yang luar biasa dari seorang anak kecil. Meski dalam situasi yang sulit dan mungkin menakutkan, janji firman Tuhan memberi kekuatan yang mengagumkan. Keyakinan Mikayla memberi pelajaran bagi kita semua, Yesus telah membuka jalan bagi orang-orang percaya untuk menerima hidup kekal di sorga bersamaNya. (Herald Sun/tribun)

"Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." (1 Yohanes 5:12-13)

Sebuah Bejana Pilihan (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Kisah Nyata | Recharge Your Soul

Seorang Tuan sedang mencari sebuah bejana. Ada beberapa bejana tersedia – manakah yang akan terpilih? “Pilihlah saya”, teriak bejana emas, “Saya mengkilap dan bercahaya. Saya sangat berharga dan saya melakukan segala sesuatu dengan benar. Keindahan saya akan mengalahkan yang lain. Dan untuk orang yang seperti Engkau, Tuanku, emas adalah yang terbaik!”

Tuan itu hanya lewat saja tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kemudian ia melihat suatu bejana perak, ramping dan tinggi. “Aku akan melayani Engkau, Tuanku, aku akan menuangkan anggur-Mu dan aku akan berada di meja-Mu di setiap acara jamuan makan. Garisku sangat indah, ukiranku sangat nyata. Dan perakku akan selalu memuji-Mu.”

Tuan itu hanya lewat saja dan menemukan sebuah bejana tembaga. Bejana ini lebar mulutnya dan dalam, dipoles seperti kaca. “Sini! Sini!” teriak bejana itu, “saya tahu saya akan terpilih. Taruhlah saya di meja-Mu, maka semua orang akan memandangku.”

“Lihatlah saya”, panggil bejana kristal yang sangat jernih. “Aku sangat transparan, menunjukkan betapa baiknya saya. Meskipun saya mudah pecah, saya akan melayani Engkau dengan kebanggaan saya. Dan saya yakin, saya akan bahagia dan senang tinggal dalam rumah-Mu.”

Tuan itu kemudian menemukan bejana kayu. Dipoles dan terukir indah, berdiri dengan teguh. “Engkau dapat memakai saya, tuanku”, kata bejana kayu. “Tapi aku lebih senang bila Engkau memakaiku untuk buah-buahan, bukan untuk roti.”

Kemudian Tuan itu melihat ke bawah dan melihat bejana tanah liat. Kosong dan hancur, terbaring begitu saja. Tidak ada harapan untuk terpilih sebagai bejana Tuan itu.

“Ah! Inilah bejana yang aku cari-cari. Aku akan perbaiki dan Kupakai, dan akan Aku buat sebagai milik-Ku seutuhnya. Aku tidak membutuhkan bejana yang mempunyai kebanggaan. Tidak juga bejana yang terlalu tinggi untuk ditaruh di rak. Tidak juga yang mempunyai mulut lebar dan dalam. Tidak juga yang memamerkan isinya dengan sombong. Tidak juga yang merasa dirinya selalu benar. Tetapi yang Kucari adalah bejana yang sederhana yang akan Kupenuhi dengan kuasa dan kehendak-Ku.”

Kemudian Ia mengangkat bejana tanah liat itu. Ia memperbaiki, membersihkan dan memenuhinya. Ia berbicara dengan lembut kepadanya. “Ada tugas yang perlu engkau kerjakan, jadilah berkat buat orang lain, seperti apa yang telah Kuperbuat bagimu.” (jc/net)

Sumber : Hariansumutpos.com

Kuasa Nama Tuhan YESUS Selamatkan Nyawa Keluargaku (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Waktu itu adalah tanggal 4 bulan 4 tahun 2010. Dalam bahasa chinese angka 4 itu berarti "mati" atau "shi". Di hari minggu itu, ayah, ibu, dua tante, satu paman saya melakukan perjalanan untuk sembayang kerabat yang telah meninggal sesuai dengan tradisi Chinese. Ibu saya dan kedua tante saya beragama Kristen dan Katolik. Sedangkan ayah dan paman saya beragama Budha.

Sepulang dari sembayang, mobil atoz kecil melaju di tol dalam kota pulang ke arah pancoran. Saat itu sedang hujan. Ayah saya yang menyetir, paman saya duduk di bagian depan. Bangku belakang diisi ibu dan dua tante saya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, 80 km/jam di jalur cepat. Saat itu jalanan sepi, depan dan belakang tidak ada mobil, samping juga tidak ada mobil. Ibu mengatakan, untuk pindah ke jalur tengah. Ayah saya mengarahkan mobil pelan-pelan ke jalur tengah. Baru beberapa menit di jalur tengah, tiba-tiba datang mobil dari arah kanan menubruk belakang mobil atoz, mobil itu kemudian terbanting ke arah ke kiri, menabrak pembatas jalan tol di sebelah kiri, lalu mobil terpental kembali ke arah tengah jalan tol dengan berputar.

Ibu dan tante saya menyebut nama Yesus berulang kali dari sejak mobil terlempar ke kiri, menabrak pembatas, hingga mobil berputar tanpa kendali. Mobil berputar dan menabrak mobil di jalur tengah, yang adalah mobil yang menabrak mobil atoz. Mobil atoz berhenti berputar karena tertubruk mobil itu, lalu mobil oleng, dengan posisi miring, mobil terangkat, dengan poisisi mau terbalik. Ibu dan tante saya hanya bisa berterik nama YESUS, YESUS, YESUS. Untungnya mobil yang miring tidak jadi terbalik, tapi kembali ke posisi normal.

Semua penumpang dalam mobil keluar. Puji Tuhan atas KuasaNya, ayah dan paman yang ada di bagian kursi depan hanya menderita luka lecet di bagian tangan dan kaki. Ibu dan satu tante saya juga hanya luka memar di bagian tangan dan kaki. Ajaibnya, satu tante saya yang terus berteriak YESUS,YESUS, tidak menderita luka sama sekali, hanya syok dan kaget setelah kejadian itu. Sungguh luar biasa perlindungan Tuhan. Padahal mobil atoz kecil itu sudah tidak berbentuk. Kaca-kaca belakang pecah, pintu samping kiri penyok terhantam pembatas jalan dan tidak dapat dibuka.

Saat kejadian itu, saya berada di rumah, sedang istirahat ingin tidur siang, namun hati terasa tidak tenang, dan sayup-sayup saya mendengar seperti ada suara ayah dan ibu sedang bercakap-cakap. Juga sempat terdengar suara mobil atoz saya. Ternyata itu semacam pertanda. Beberapa menit kemudian ayah telepon, mencari kakak saya, dan bercerita bahwa mereka baru saja kecelakaan, dan minta kakak saya untuk datang dan mengurus segala sesuatu dengan si penabrak. Puji Tuhan juga, ternyata yang menabrak adalah hamba Tuhan juga. Lelaki muda yang sedang tergesa-gesa untuk ke ulang tahun adiknya. Ban mobil terasa licin, dan akhirnya dia membanting setir dari arah kanan ke jalur tengah dan menubruk mobil atoz. Dia bersedia mengganti rugi semua biaya perbaikan mobil atoz.

Yang paling saya syukuri adalah Tuhan telah menyelamatkan nyawa keluargaku dengan kuasa nama-Nya yang luar biasa ajaib. Aku tidak dapat membayangkan jika Tuhan tidak menjaga keluargaku. Bayangkan dalam waktu sekejap saja saya akan kehilangan ayah, ibu, tante, dan paman saya... Sungguh tak terbayangkan.. Puji Tuhan atas kebesaran nama Tuhan YESUS. Ibu dan tante saya mengatakan, itu semua adalah kuasa Tuhan. Mungkin tangan Tuhanlah yang menyetop mobil atoz yang miring, hampir terbalik, bisa kembali ke posisi normal dan tidak jadi terbalik. Jika mobil atoz terbalik, tentu saja semua yang ada didalamnya akan menderita luka parah atau bahkan mungkin bisa kehilangan nyawa karena terjepit atau tergencet. Aku hanya bisa bersyukur dan memuji nama Tuhan YESUS. Sungguh besar perlindunganNya untuk keluargaku..
Sumber : NV

MERINDING BACANYA (about Lucifer)

Namaku Lucifer.Kau boleh memanggilku Penguasa kerajaan Angkasa (Efesus 2:2), Penghulu-penghulu (penguasa) dunia yang gelap (Efesus 6:12), Penguasa dunia (Yohanes 12:31), Penghulu setan (Matius 12:24), Ilah zaman ini (II Korintus 4:4), Malaikat terang (II Korintus 11:14), Ular tua (Wahyu 12:9), Lawan / musuh (I Petrus 5:8), Pendakwa (Zakharia 3:1), Pencoba (Matius 4:3), Pembunuh (Yohanes 8:44), Pencuri (Yohanes 10:10).

Tadinya aku diciptakan sebagai malaikat Tuhan yang paaa..aling indah. Mikael dan Gabriel, dua malaikat tertinggi temanku itu? Lewaaaat!

Dulu aku tinggal di surga dan pekerjaanku membosankan: memuji dan melayani Yang Mahatinggi. Buat apa? Kenapa bukan aku aja yang dipuji? Aku bosen jadi pelayan! Aku bisa menyamaiNya! Aku Son of the Morning, Bintang Fajar, “...Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (Yesaya 14:13-15)Dan apa yang kudapat? Tuhan membuangku ke bumi! “How art thou fallen from heaven, O Lucifer, Son of the Morning! How art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!” (Yesaya 14:12 KJV), itu kata Tuhan. “...ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur. Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang,..” (Yesaya 14:14-16). “...Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.” (Yehezkiel 28:13-17). Aaaarrggh!!

KataNya, aku sombong!? Lihat siapa yang sombong sebenarnya! Kalian, manusia hina ciptaan Dia sendiri! Hina tapi ingin jadi mulia! Kenapa aku yang cantik Dia buang sementara manusia lemah seperti kalian dikasihiNya?! Planet yang nggak Dia sukai Dia hancurkan. Malaikat yang jatuh Dia usir. Tapi kalian? Apa yang membuat kalian spesial di mataNya? Kenapa ketika kalian jatuh dalam dosa, Tuhan sendiri yang turun menyelamatkan? (Yohanes 3:16). Kenapa ketika kalian terhilang, Dia susah payah mencarinya? (Lukas 15:4). Kenapa banyak dari kalian yang menolakNya dan Dia tetap mengasihi kalian? (2 Timotius 2:13). Kenapa kalian Dia lindungi, emangnya kalian biji mataNya? (Zakharia 2:8). Kenapa kalo kalian mengaku dosa, Dia jadi pelupa, kenapa Dia lupa dosa-dosa kalian yang bejat itu? (Yesaya 43:25). Kenapa?!

Aku benci kalian! Kalian mengingatkanku pada Yang Mahatinggi! Muka kalian serupa denganNya. (Roma 8:29). Aku benci. Seumur hidupku aku akan berusaha melawan dan menipu kalian.

Kalo aku disuruh bersyukur, hanya satu hal yang akan kusyukuri... Bahwa kalian gak sadar kalo sejak 2000 tahun lalu Yesus udah membinasakan aku (1 Yohanes 3:8), aku sudah kalah dan dilucuti (Kolose 2:14-15), dan kalian berkuasa mengusirku (Markus 16:17). Hahahaha. Kutipu kalian semua. Aku mungkin ada di tim yang kalah, ...nggak apa-apa, asalkan aku berhasil membuat kalian bergabung di timku! Hahahahaha!

Akan kubuat kalian terus menerus menyalibkan Yesus dengan dosa kalian! (Ibrani 6:6). Akan kusebarkan ajaran-ajaran yang membelokkan kalian dari ajaranNya (1 Timotius 4:1-2) dan kusesatkan kalian (Wahyu 12:9-10). Pujalah aku, aku akan kuhadiahi kalian neraka. Bencilah aku dan akan aku hajar kalian saat kalian lengah. Bertemanlah denganku dan akan kukhianati kalian!

Kalian mau melayani Tuhan? Boleh, tapi layani aku juga! (Lukas 16:13). Berdoa? Baca Alkitab? Berbuat baik? Rajin ikut persekutuan? Boleh, tapi jangan lupa untuk mengabaikan keadilan dan kasih Tuhan (Matius 23:23) dan pastikan semua orang mengetahuinya dan memujimu habis-habisan (Matius 6:5). Akan kubuat kalian tau berbuat baik tapi tidak melakukannya! (Yakobus 4:17). Akan kubuat kalian merasa sibuk untuk Tuhan padahal nggak melakukan kehendakNya! (Matius 7:22).

Ya, aku tau suatu saat aku akan diikat sampe seribu tahun, tapi tunggu saja kalo saatnya aku dilepaskan, akan kubuat kalian menderita! (Wahyu 20:1-3). Memang pada akhirnya aku akan tinggal di neraka selamanya (Wahyu 20:10 dan Matius 25:41), tapi itu justru membuatku semakin ingin membawa kalian sebanyak-banyaknya! Hahaha, temani aku menderita disana. Sumber: Naomi Eva.

Advent Bangun: Tuhan Saya Itu Karate (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

100% Kisah Nyata |

Telah menjadi tekadnya, hidup dan matinya akan ia berikan bagi kecintaannya terhadap bela diri. Menjadi juara karate selama dua belas tahun berturut-turut, adalah bukti bahwa Advent Bangun sangat serius menekuni olahraga tersebut. Bahkan keahliannya dalam bidang bela diri ini membawanya melanglang buana dalam dunia film laga, dirinya mencatat telah membintangi 60 film.

“Dulu.. Tuhan saya itu karate,” demikian ungkap pria yang bernama lengkap Thomas Advent Bangun ini.

Awal ketertarikan Advent kepada karate bermula dari pengalaman traumatis yang menghantuinya.

Suatu malam, Advent Bangun pulang bersama dengan kakak perempuannya melewati sebuah bioskop. Di pinggir bioskop itu banyak anak-anak muda yang sedang berkumpul sambil minum-minuman keras.

“Mereka lihat kakak saya, dipikir perempuan nakal. Karena diganggu, saya lawan. Saya langsung dipukulin sama sekitar 30an orang. Saya dihajar sama 30 orang itu, rasanya seperti slow motion semua. Sampai ada yang ambil pisau, saya mau ditikam tapi saya bisa loncat ke belakang seperti salto gitu.” Advent bangun yang tidak berdaya di hajar oleh massa terus meronta, dan ketika bisa lepas dari mereka ia segera lari sekencang mungkin. Kejadian itu menyisakan rasa sakit dan dendam di hati Advent.

Hingga ia suatu saat ia melihat sebuah latihan karate, dimana mereka dengan tangan kosong mampu menghancurkan es balok dan papan, timbul keyakinan dalam hatinya, “Kalau saya latihan seperti itu, 100 orang juga bisa dibabat.”

Ia pun mendaftar untuk ikut latihan karate itu. Dendam dan rasa sakit dihatinya, membuat dirinya berlatih ekstra keras, “Kalau orang latihan sejam, saya dua jam. Kalau yang lain latihan dua jam, saya empat jam. Saya ngga mau kalah sama orang, saya harus the best..!”

Dendam dalam hati Advent, dilampiaskannya sewaktu bertarung. Jika belum membuat lawan babak belur, ia belum merasakan kepuasan. Sakit hati yang begitu dalam itu dikarenakan apa yang ia alami sewaktu kecil. Saat itu, kakak kecilnya menganiayanya dengan begitu kejam.

“Saya ditarik ke sungai, sungainya dangkal, dan saya di injak-injak disitu. Saya banyak minum air waktu itu, sudah hampir mati, tapi untung ada orang yang lihat. ‘Woi.. itu Advent Bangun mau dibunuh sama abangnya!!’ Semua orang datang dan akhirnya abang saya lari.”

Setiap pertandingan, menjadi ajang pelampiasan dendam baginya. Satu hal yang ia inginkan, juara. Advent tidak mau membagi posisi puncak di dunia karate dengan siapapun.

“Begitu dimulai, kaki kanan saya itu seperti punya mata. Begitu jaraknya sesuai, dia otomatis keluar. Waktu itu saya seperti marah. Setiap saya bisa melampiaskannya, saya merasa puas. Puas banget! Dan orang semakin takut sama saya, sampai saya dapat gelar ‘dokter gigi’ karena saya hobinya bikin gigi rontok.”

Begitu dikuasai oleh amarah dan dendamnya, sifat keras Advent Bangun ini terbawa dalam kehidupan rumah tangganya.

“Sesudah menikah, saya kaget karena saya mengenal dia tidak cukup lama. Hanya selama enam bulan. Selama saya mengenal itu, saya lihat dia bisa sabar menunggu saya pulang kantor. Ternyata tidak sepenuhnya seperti itu. (Sesudah menikah) waktu pergi ke mall atau ke super market, rupanya dia menunggu saya kelamaan. Saya dateng, dia langsung marah, dan langsung banting pintu,” ungkap istri Advent, Louis Sulingga.

Bukan hanya tidak sabar, Advent ternyata juga pria pencemburu. Jika istrinya pulang tidak tepat waktu, maka sang istri akan menerima luapan amarahnya. Louis sempat merasa menyesal telah menikahi pria yang ditolak oleh kedua orangtuanya tersebut.

“Saya merasa kok rumah tangga saya seperti ini. Saya berdoa, ‘Tuhan tolong saya, kalau semua ini terjadi karena kesalahan saya, karena dosa-dosa saya, saya minta ampun. Saya mau bertobat, saya mau kembali sama Tuhan. Tuhan Yesus tolong saya. Pulihkan rumah tangga saya, buka jalan bagi hidup saya,’” demikian Louis kembali berharap pada Tuhan agar dapat memulihkan kehidupan rumah tangganya.

Menghadapi Advent yang temperamental dan keras, Louis seperti tidak berdaya. Apalagi ketika Advent tidak senang dengan gereja yang dikunjungi oleh Louis.

“Kalau kamu kegereja itu lagi, awas kamu! Saya hajar kamu! Apa itu, lompat-lompat, nyanyi-nyanyi, muji-muji! Gereja apaan itu! Sesat itu!” demikian Advent mencerca istrinya. Karena istrinya memilih gereja yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya, Advent tidak mau sekamar lagi dengannya selama satu tahun.

“Jijik.. marah..” Advent menceritakan perasaannya kala itu.

Louis hanya bisa berlari ke kamarnya dan menangis kepada Tuhan. Ia memohon kepada Tuhan agar terus diberikan kekuatan untuk mengasihi Advent. Cintanya pada Tuhan, mengalahkan rasa takut Louis kepada Advent, entah mendapat kekuatan dari mana, Louis membuat keputusan yang sangat berani. Ia mengatakan dengan jujur kepada Advent bahwa dirinya ingin dibabtis selam.

“Itu mau meledak rasanya,” ungkap Advent. Wajahnya memerah, dan dia hanya bisa menatap istrinya sambil menahan amarah. Namun sungguh ajaib, yang terlontar dari mulutnya adalah, “Ya udah, aku anterin kamu.”

Benar, seperti yang dikatakannya. Advent mengatarkan istrinya untuk dibabtis selam. Saat mengikuti ibadah sebelum acara pembabtisan itu, sesuatu terjadi dalam hidup Advent.

“Hamba Tuhan itu mengkotbahkan tentang kuduslah kamu sebab aku kudus. Ada dua ayat, yaitu 1 Petrus 1:16 dan Ibrani 12:14, Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Firman itu keras, seperti saya kena tendangan di dada saya. Kedua firman itu membuat saya menangis, saya terlalu banyak marah, dendam, benci pada semua orang. Jadi disitu saya seperti tertemplak, seperti ditampar..”

Advent yang malu menangis di depan orang lain, berseru kepada Tuhan di balik sebuah tiang gereja itu. Dia benar-benar menyadari bahwa dirinya memerlukan Tuhan untuk mengubah hidupnya. Sepulangnya dari pembabtisan istrinya, dia bicara empat mata dengan Louis, “Mah, saya mau pelepasan dan saya mau dibabtis.”

Namun setelah memutuskan untuk bertobat, proses yang harus dijalani Advent tidaklah mudah. Apa lagi saat ia diperingatkan oleh istrinya tentang kebanggaannya pada semua pialanya, hal itu membuat Advent berang. Tiga hari ia mendiamkan istrinya, Advent merenung dan matanya tertuju pada sebuah ayat.

“Saya lagi baca firman, Filipi 3:7-8, saya sangat kaget membaca firman itu: Semua ku anggap rugi setelah pengenalan akan Kristus. Semua ku anggap sampah. Yesus lebih mulia dari segala-galanya.”

Setelah perenungan yang dalam akan ayat tersebut, Advent sadar bahwa dirinya telah terikat dengan semua piala dan kesombongannya. Ia menyingkirkan semua piala-pialanya dan mengucapkan selamat tinggal kepada kesombongan. Sejak itu Thomas Advent Bangun memutuskan hubungan dengan dunia karate. Karate bukan lagi Tuhan dalam hidup Advent, dia memilih Yesus yang menjadi penguasa tunggal atas kehidupannya. (Kisah ini ditayangkan 8 Desember 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Thomas Advent Bangun

Manuskrip Kuno Ungkap Buyut Yesus Bernama Ismeria

Menyambut Natal, ada cerita mengenai asal-usul Yesus dengan lebih detail. Salah satu yang akan menambah pengetahuan tentang Yesus adalah hasil penelitian Catherine Lawless, pengajar sejarah di Universitas Limerick, Irlandia. Ia berhasil mengungkap buyut Yesus alias nenek dari Maria.

Menurut telaah Lawless pada dua manuskrip, yaitu "MS Panciatichiano 40" dari abad 14 dan "MS 1052" of the Riccardiana Library dari abad 15 milik milik Florence's National Central Library, buyut Yesus adalah seorang perempuan bernama Ismeria.

"Saya pikir tidak ada wanita lain yang disebutkan. Garis patrilineal Maria adalah satu-satunya," kata Lawless yang hasil telaahnya dipublikasikan dalam Journal of Medieval History. Telaah itu memberikan pencerahan terhadap silsilah Yesus dan Maria serta nilai-nilai religius pada abad 14.

Lawless mengurai lebih detail tentang sosok Ismeria. "Ismeria adalah putri Nabon orang Yudea dan keturunan Raja Daud. Ia menikah dengan Santo Liseo," urai Lawless. Pasangan itu memiliki putri bernama Anne yang kemudian menikah dengan Joachim. 12 tahun kemudiann, Liseo meninggal dunia.

Dalam manuskrip tersebut disebutkan bahwa setelah kematian suaminya, Ismeria ditinggalkan oleh keluarganya dalam kemiskinan. "Saya tidak yakin apakah itu keluarga suaminya atau saudara kandungnya," kata Lawless. Menurutnya, keluarga Maria tak akan dibuang dengan cara seperti itu.

Ismeria kemudian mencari perlindungan ke tempat semacam rumah sakit. Ia pernah melakukan mukjizat, yaitu mengisi cangkang dengan ikan untuk memberi makan pada pasien rumah sakit. Setelah mukjizat itu, ia berdoa agar dibebaskan dari kesombongan dunia.

Setelah Tuhan memanggil Ismeria ke Surga, kepala rumah sakit memberitahukan pada Maria dan Yesus. Keduanya kemudian datang beserta 1 rasul, Maria Magdalena, Maria Salomo dan Maria Chelopas. Mereka memberi penghormatan terakhir pada Ismeria.

Belum diketahui penulis dari mana legenda Ismeria itu berasal. Lawless beranggapan, penulisnya bisa jadi orang awam dari Tuscany. "Cerita ini mungkin dipakai sebagai model bagi para istri dan janda di rumah sakit di Florence pada masa pertengahan," kata Lawless.

"Nenek dari Maria ini tak memiliki janda lain yang menuntut hak waris anak-anaknya. Ia juga tak memiliki keluarga yang memaksanya untuk menikah lagi dan memulai hidup baru. Kehidupannya merupakan model hidup ideal bagi perempuan Florence masa itu," urai Lawless.

George Ferzoco, peneliti dari University of Bristol mengungkapkan bahwa telaah manuskrip tersebut sangat brilian, mampu menelaah materi religi yang kebanyakan manuskripnya ditulis secara khusus untuk perempuan.

Sementara itu, Carolyn Muessig dari Departemen Teologi dan Studi Agama Universitas Bristol mengatakan, "Hal yang mengejutkan dari Ismeria adalah, dia menjadi model bagi perempuan-perempuan lainnya." Ia juga mengungkapkan, munculnya cerita Ismeria pada abad pertengahan juga menggambarkan budaya masyarakat abad pertengahan yang menganggap penting arti perempuan.

(Discovery/Kompas)

Ajaib, 50 Hari Terdampar di Lautan Bisa Selamat (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Para kerabat dan keluarga sudah berkumpul dengan hati yang penuh kesedihan karena anak-anak mereka, saudara, maupun teman-teman mereka ini diperkirakan sudah meninggal di tengah lautan. Mereka hendak menggelar upacara berkabung. Namun, tak disangka dan tak diduga, ternyata ketiga remaja ini selamat. Ajaib, ketiga remaja asal Selandia Baru ini berhasil bertahan hidup meskipun terdampar di tengah laut Samudera Pasifik. Tidak tanggung-tanggung, mereka terdampar selama 50 hari.

Ketiga remaja itu membawa kapal alumunium kecil di lepas pantai Selandia Baru. Mereka kemudian dilaporkan hilang pada 5 Oktober lalu. Pencarian pun dilakukan namun pasukan angkatan udara Selandia Baru tidak membuahkan hasil.

Suatu hari, sebuah kapal nelayan berlayar, kemudian menemukan suatu kejanggalan. “Kami melihat kapal kecil dan kami sadar itu aneh. Kami melihat ada beberapa orang di dalamnya dan seharusnya mereka tidak berada di sana, ujar Tai Fredricson, seorang awak kapal nelayan yang pertama kali melihat mereka. Walau sudah lemah lunglai, ketiga remaja itu masih bisa melambai-lambaikan tangan ke arah kapal. “Mereka sangat kurus, namun dalam keadaan baik mengingat apa yang telah mereka lalui,” lanjut Fredricson.

Mereka ditemukan 1.300 kilometer dari tempat mereka hilang, tepatnya di bagian barat dekat perairan Uvea atau di sebelah timur Fiji. Mereka berhasil bertahan hidup di tengah laut selama 50 hari dengan hanya meminum air hujan dan memakan seekor burung camar laut. Burung itu mereka makan mentah-mentah dan mencicilnya selama beberapa hari.

“Entah bagaimana mereka dapat menangkap seekor camar laut. Saya tidak tahu bagaimana, yang jelas mereka menangkapnya,” ujar Fredricson lagi. Para remaja itu selama beberapa hari terakhir terpaksa minum air laut karena air hujan yang tak kunjung datang. Untungnya, tidak terlalu lama karena menurut Fredricson, orang bisa mati kalau kelamaan minum air laut. Selain itu, Fredricson mengetahui betul kondisi seseorang yang terdampar, sehingga mereka tidak boleh langsung diberi air dan makanan tapi harus diinfus terlebih dahulu.

Menurut laman harian Sydney Morning Herald (SMH) ketiga pemuda yang berhasil diselamatkan pada Rabu (24/11) itu bernama Samuel Perez (15), Filo Filo (15), dan Edward Nasau (14). Jumat ini mereka akan diberangkatkan ke pulau Fiji untuk menjalani perawatan sebelum pulang. Perjuangan ketiga remaja itu dianggap sebuah mukjizat oleh banyak orang, termasuk awak kapal yang menemukan mereka.

Tentu saja keluarga mereka bahagia tak terkira. Tidak ada yang mustahil di dalam dunia ini, karena tangan Tuhan tidak kurang panjang buat menolong.
Source : vivanews/lh3

Apakah itu Iman? (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Beberapa tahun lalu, setiap hari Kamis, saya mengajar tentang Alkitab di Universitas California Selatan. Suatu waktu, setelah selesai mengajar, seorang wanita muda datang kepada saya. Saya bisa menebak, saat itu ia sedang marah.

Ia mengatakan kepada saya bahwa ia dibesarkan dalam keluarga yang saleh dan selama beberapa waktu, ia mengikuti gereja orangtuanya. Kemudian, serangkaian kemalangan menimpanya, sehingga ia "kehilangan imannya". Sekarang, ia tidak lagi bergereja.

Ia mengatakan kepada saya bahwa perpecahan terakhir antara dia dengan imannya yang terdahulu adalah waktu ia melemparkan Kitab Perjanjian Barunya yang sudah ia simpan di laci selama berbulan-bulan. Ini merupakan simbol tentang keputusan terakhirnya.

Ia datang untuk bertanya kepada saya, apakah iman itu? Tetapi saya mengembalikan pertanyaan itu kepadanya.

Ia menjawab, "Iman adalah percaya pada apa yang tidak dapat engkau ketahui."

Saya berkata, "Apakah engkau percaya kepada Bill Bright?"

Ia menjawab, "Aku tidak kenal dia -- bagaimana aku dapat mempercayainya?"

Saya katakan, "Tunggu dulu. Kau baru saja mengatakan bahwa iman adalah percaya pada apa yang tidak dapat kauketahui. Sekarang, engkau mengatakan bahwa engkau tidak dapat percaya pada orang yang tidak engkau kenal. Mana yang benar?"

Penjelasan wanita muda itu benar dalam hal kedua. Pengetahuan harus ada sebelum adanya iman. Iman adalah tanggapan atas kebenaran. Tujuan Alkitab adalah untuk membawa kita kepada kebenaran itu. Jikalau saya menanggapinya dengan iman, saya yakin itu disebabkan karena Roh Kudus sedang bekerja di dalam hidup saya.

Iman bukan sesuatu yang didasarkan pada kekosongan. Iman juga tidak diperoleh. Dalam Roma 10:17, Paulus menjelaskan bahwa "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus." Saya mempercayai istri saya ketika saya mengawininya empat puluh tiga tahun yang lalu; dan bila Saudara bertanya pada saya, apakah saya mempercayainya secara mutlak, saya harus mengaku ya.

Saya telah hidup bersamanya selama puluhan tahun, dan saya telah mengetahui dari dekat bahwa dia bisa dipercaya. Karena didasarkan pada pengenalan, maka kepercayaan saya padanya total.

Hal ini pun berlaku waktu kita mengenal Allah. Semakin saya mengalami sesuatu di dalam Dia, bersandar pada-Nya, dan mengetahui bahwa Ia selalu menanggung beban saya—tidak peduli betapa beratnya beban yang saya serahkan pada-Nya—semakin saya mempercayai-Nya.

Iman harus selalu mengalami ujian. Beberapa sahabat dekat kami mempunyai anak yang mengidap kanker yang serius. Selama tiga bulan terakhir, mereka telah ditantang dan mengalami ujian yang luar biasa, dan mereka belum juga melampaui masalah mereka. Tetapi, di balik semua pergumulan mereka, ada iman yang besar dan keyakinan yang hebat bahwa Allah sanggup melakukan apa yang Ia katakan. Ia sanggup mendatangkan kebaikan dari keadaan apa pun.

Dalam Roma 4:11 disebutkan mengenai Abraham sebagai "bapa semua orang percaya", karena teladan yang diberikan dahulu tentang percaya kepada Allah. Waktu mengikuti pimpinan Tuhan ke negeri lain, dia "taat ... lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju" (Ibrani 11:8).

Baru-baru ini, saya membaca mengenai seorang pemimpin, yaitu orang yang mengetahui ke mana ia pergi. Saya segera membandingkan hal itu dengan Abraham yang pergi tanpa mengetahui tujuannya. Definisi kepemimpinan seperti itu merupakan satu contoh pemikiran duniawi—terpisah dari pemikiran Alkitab, sebagaimana iblis terpisah dari Allah.

Itu merupakan fakta tentang suatu bentuk keduniawian yang tidak kentara, yang merayap ke dalam pemikiran banyak orang Kristen, seperti ular yang merayap masuk ke taman Eden.

Sebaliknya, Alkitab menganjurkan iman kepada Allah yang kita kenal. Dialah pemimpin kita dan Ia mengajar kita untuk mengikuti-Nya dengan percaya. Dalam Roma 4:18-21, Paulus melukiskan tentang iman Abraham.

"Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya.... Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."

Dalam usia seperti mereka, hamil benar-benar tidak mungkin. Tetapi, janji Allah melampaui segala keadaan mereka.

Iman tidak pernah menyangkali kenyataan, bagaimanapun buruknya. Tetapi, iman mengakui fakta yang lebih tinggi dan lebih berkuasa, yaitu tentang integritas dan janji-janji Allah. Abraham menghadapi apa yang secara manusiawi merupakan situasi tanpa harapan lagi—tetapi sebagaimana saya pernah mengingatkan salah seorang profesor seminari, "Tidak ada harapan bukan perkataan orang Kristen.

Perkataan itu tidak ada dalam kamus kita". Namun, bersama Allah selalu ada jalan untuk hidup. Paulus mengingatkan kita bahwa hakikat iman alkitabiah adalah yakin bahwa Allah sanggup melaksanakan apa yang Ia janjikan (lihat Efesus 3:20).

Kita perlu berpikir tentang iman dalam arti kualitasnya, bukan kuantitasnya. Iman bukan alat untuk jual beli, seperti mata uang, yang dihitung menurut nilainya. Kita cenderung berpikir bahwa bilamana kita mempunyai cukup iman, maka kita bisa "membeli" apa saja yang kita inginkan dari Allah. Tidak! Iman adalah kepercayaan mutlak—menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah.

Jangan sekali-kali, kita menyalahkan orang lain dengan mengatakan, "Wah, andaikan mereka mempunyai cukup iman ....", maka hal-hal tertentu itu akan tercapai. Beberapa tahun yang lalu, Kathryn Kuhlman yang banyak menyembuhkan orang, dalam satu wawancara televisi ditanya, mengapa tidak setiap orang yang datang kepadanya bisa disembuhkan.

Kathryn menjawab dengan cara yang indah sekali, "Allah itu Maha Kuasa untuk menyembuhkan, dan Dialah yang menyembuhkan beberapa orang dan tidak menyembuhkan yang lain. Tidak ada sesuatu yang lebih kejam daripada menyalahkan orang dengan mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai cukup iman untuk dapat disembuhkan. Itu semua tergantung kepada Allah."

Kita bertumbuh dalam iman waktu kita menggemakannya. Ingat, betapa sulitnya dahulu bagi Abraham dan Sara untuk mempercayai janji Allah. Tetapi melalui setiap pengalaman, waktu mereka melihat janji-Nya digenapi, iman mereka bertambah kuat. Kekuatan seperti itu datang hanya jikalau kita menggunakan iman dalam hidup kita.

"Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus." Semakin kita mengetahui Firman, maka semakin kita mengenal Yesus, dan iman kita akan menjadi semakin kuat.

(Richard Halverson)

THE POWER OF REWARD

Ada kisah nyata seorang penyanyi terkenal di Eropa, seorang wanita yang memiliki suara yang bagus sekali. Wanita ini bersuamikan pemain musik, pemain keyboard, dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada, birama, tangga nada dan hal-hal lain di bidang musik semacam itu, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika isterinya menyanyi.

Kalau isterinya menyanyi selalu saja ada komentar dan kritik seperti; bagian depan kurang tinggi, lain kali dia berkata bagian ini kurang pelan, lain kali dia berkata bagian akhir harusnya "kres"..naik sedikit, dsb..selalu saja ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau isterinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya sang wanita malas menyanyi. Dia berkeputusan...wah gak usah nyanyi aja deh, apa aja salah terus, nyanyi apa aja ada yang kurang. Enggak usah nyanyi kalau nyanyi kadang malah bertengkar...

Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu isterinya bersuara bagus dan dia selalu memuji isterinya kalau bernyanyi.

Suatu ketika isterinya bertanya: "Pak, bagaimana laguku pa?" dan dia berkata kepada isterinya: "Ma...saya ini selalu ingin cepat pulang karena mau dengar engkau menyanyi, ma!!" Lain kali dia berkata,"Ma..kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli kali ma..., karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja....Sebelum saya menikah denganmu ma...saya sering mimpi dan terngiang2 suara2 gergaji dll yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering
mendengar engkau menyani...lagumulah yang terngiang2..."

Istrinya sangat bersuka cita, tersanjung merasa diterima dengan pujian yang diterimanya dan membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi...Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam dan mengeluarkan kaset volume pertama dan ternyata disambut baik oleh masyarakat.

Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.

Sedikit pujian memberikan penerimaan...sedikit pujian memberikan rasa diterima...memberikan dorongan...semangat dan dorongan untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi yang bisa diraihnya.

Omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik yang tidak membangun tidak banyak merubah...Karena itu marilah kita saling memberikan sedikit pujian satu dengan yang lain.

=================
Dikutip dari Kumpulan Renungan Harian
Posted By Zack Low_Dank, Loe Orang Waras Dan Anak Kreatif (Keren Dan Aktif)

Mercy Kalahkan Kanker Bersama Tuhan (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Tidak terbayangkan oleh Mercy, bahwa dirinya harus berjuang melawan kanker ganas yang siap merenggut nyawanya. Awalnya, benjolan yang ada di payudara sebelah kirinya hanya karena ia akan berhenti menyusui ASI saja. Namun setiap kali melihat poster peringatan bahaya kanker payudara, hatinya terasa tidak enak. Ia pun akhirnya memeriksakan diri ke dokter tanpa setahu suaminya.

“Dokter kandungan bilang, ‘Aduh, ini sepertinya hal yang lain. Coba kamu mamografi, kamu USG. Ini bukan hal biasa, bukan karena mau berhenti ASI.’ Saya deg-degan, tapi saya usahakan nenangin diri.”

Hasil pemeriksaan sungguh mengejutkan Mercy. Ada sebuah benjolan besar dengan diameter antara 3,5 cm – 5 cm, dan diduga ada keganasan.

“Saya langsung shock.. saya merasa hidup saya sudah berakhir.”

Mercy galau, ia tidak sanggup menanggung derita itu sendiri. Sesampainya di rumah, ia menghubungi suaminya yang sedang bekerja. Darmaputra, suami Mercy seakan tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Ia meminta untuk Mercy melakukan pemeriksaan ulang. Di awal tahun 2009 itu, Mercy menjalani biopsy, dan hasilnya tetap sama, Mercy sedang digerogoti oleh kanker ganas.

“Saya setengah ngga percaya, setengah percaya bercampur dengan takut dan cemas. Pokoknya campur aduk semua,” ungkap Darma.

Diagnosa dokter menyatakan bahwa Mercy sudah berada di stadium 3 dan kankernya sangat agresif. Hal ini membuat Darma dan Mercy sangat takut.

“Saya ingat banget waktu di vonis kanker itu, saya sujud di kamar, saya berdoa, ‘Tuhan, ampuni saya. Saya ngga tahu apa yang akan terjadi di depan nanti, tapi saya takut. Tuhan, tolong beri saya kekuatan untuk bisa menghadapi ini semua Tuhan.’ Setelah saya berdoa seperti itu, hati kecil saya berkata, ‘Ngga ada apa-apa. Ngga ada apa-apa.’”

Berbagai informasi pengobatan kanker dicari oleh Mercy dan Darma. Namun semua info yang mereka dapatkan malah membuat Mercy semakin ketakutan, “Saya bertanya pada Tuhan, ‘Tuhan, apa yang mustahil bagi-Mu? Apa yang tidak bisa Engkau lakukan Tuhan? Katakan padaku Tuhan… Saya baca firman-Mu, Kau katakana tidak ada yang mustahil bagimu.. Sekarang apa yang tidak bisa kau lakukan Tuhan? Tolong katakan Tuhan?’”

Malam itu, Mercy tidak mendapatkan jawaban dari seruan dan pertanyaannya. Namun keesokan harinya, Mercy menerima jawaban atas pertanyaanya melalui firman Tuhan yang dibacanya.

“Saya mendapatkan firman Tuhan tentang angin ribut: mengapa kamu takut, mengapa kamu kurang percaya? Firman itu adalah perkataan Yesus sendiri. Saat itu, sebelum saya pergi ke gereja, saya minta ampun sama Tuhan. ‘Tuhan ampuni saya kalau saya takut. Ampuni saya kalau saya kurang percaya.’ Saat itu saya bangkit lagi.”

Sekalipun enggan untuk berobat ke luar negeri, namun akhirnya Mercy berangkat juga ke Singapura untuk menjalani pengobatan. Setelah menjalani pemeriksaan intensif hasilnya malah lebih buruk lagi, ternyata penyebaran sudah sampai ke liver dan tulang belakang. Bahkan dokter yang menangani Mercy menyampaikan kepada suaminya bahwa sebenarnya kanker yang diidap oleh Mercy sudah sampai pada stadium empat, dan yang paling berbahaya adalah kanker yang berada di liver, karena jika tidak segera ditangani maka akan mengalami gagal liver dan dapat menyebabkan komplikasi. Dokter menyarankan agar segera dilakukan kemoterapi.

“Ngga tahu kenapa, saya berkata, ‘Ok, kemo sekarang.’” Ucap Mercy.

Mercy terus mengucap syukur saat menjalani proses pengobatannya. Selama tiga bulan penuh, Mercy menjalani 12 kali kemoterapi. Bahkan saat ia mengalami kerontokan rambut akibat pengaruh kemoterapi, ia memutuskan untuk menggunduli kepalanya.

“Waktu kemo ke 7, ke 8, rontoknya lebih parah lagi. Saya panggil tukang gunting rambut ke rumah, saya botakin aja. Licin, selicin-licinnya. Saya percaya setelah itu akan tumbuh rambut yang lebih baik. Saya pada dasarnya rela, saya rela pada apa yang Tuhan ijinkan. Saya rela, saya sangat rela. Saya tulus menerima Tuhan berkarya dalam hidup saya. Jadi semua perasaan malu dan menutup diri itu tidak ada.”

“Saya berserah pada Tuhan. Bukan pasrah, kalau pasrah kita tidak ada perjuangan. Tapi saya berserah dalam arti saya berjuang, dan perjuangan saya, saya serahkan pada Tuhan. Saya tidak berjuang sendiri, saya percaya Tuhan berjuang bersama saya. Saya percaya bahwa hidup saya tidak berakhir disitu. Saya punya harapan besar.”

Mercy tidak mau dikalahkan oleh kanker yang menggerogotinya. Keyakinan Mercy pada Tuhan yang sanggup menyembuhkannya, ia tuangkan dalam lagu-lagu yang ia buat. Tuhan melihat iman Mercy dan suaminya Darma, sehingga sebuah keajaiban terjadi. Setelah menjalani hampir setengah perawatan kemo, hampir semua kanker yang ada di tubuh Mercy hilang. Bahkan setelah menyelesaikan 12 kali kemo, Mercy dinyatakan sembuh total. Kini Mercy bisa menikmati kehidupannya bersama suami dan anak-anaknya tanpa dibayangi kematian.

“Saya percaya bukan karena dokter, bukan karena saya berobat dengan canggih, atau obat yang mahal. Saya hanya berserah pada Tuhan, tiap hari saya berdoa minta Tuhan yang menyembuhkan saya. ‘Aku tahu bahwa Tuhan memberikan kemenangan pada orang-orang yang diurapinya, dengan tangan kanan-Nya yang gilang-gemilang. Firman itu keluar dan menjadi rema dalam hidup saya. Saya percaya kalau saya sudah menang, bukan hanya sembuh. Semakin saya merasakan bahwa Yesus itu harta, harta yang terindah di dalam hidup saya.” (Kisah ini ditayangkan 21 Desember 2010 dalam acara Solusi Life di O’Channel)

Sumber Kesaksian:

Mercy Elizabeth

Aku Di Pulihkan BAhkan Saat Aku Mengecewakan-Nya (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Jamahan tangan Tuhan saya rasakan benar dalam hari-hari terakhir saya 15 mei 2010, saya di tegur sama Tuhan lewat satu kejadian yang mungkin (atau pasti) gak bakal bisa saya lupain. Saya kecelakaan motor, gak begitu jauh dari rumah, saya pingsan, dan pas bangun udah ada di pinggir jalan. Ternyata tukang becak dan ojek yang membantu saya, wajah sebelah kiri luka cukup parah mungkin karena helm yang terlepas saat itu, dan kaki kiri saya gak bisa di pake buat jalan, pas mama saya dateng saya langsung di bawa ke rumah sakit terdekat. Wajah saya di obati, dan kepala saya di rontgen karna takut kenapa-napa, tapi puji Tuhan kepala saya baik-baik aja.

Tapi masalah belum selesai bahkan baru di mulai, mama saya anggep kaki saya hanya keseleo biasa, jadi lah saya di bawa ke pengobatan patah tulang yang cukup terkenal di daerah pondok kelapa. Waktu saya di urut sakitnya luar biasa, saya teriak, nangis, juga gak di peduliin, katanya saya harus nginep di sana selama sebulan. Mama saya terima gitu aja vonis tukang urutnya yang bilang kalo lutut saya udah bergeser. Sebulan saya di sana, gak ngapa ngapain, cuma tidur dan makan. Di tengah kesedihan saya, saya protes sama Tuhan. Berulang kali kata "kenapa" saya lontarkan ke Tuhan, gak henti-hentinya nangis. Saya bingung adakah salah saya yang begitu buat Tuhan marah, makanya negur saya kaya gini.

Sebulan di sana saya boleh pulang, sebulan kontrol bolak balik ke pengobatan patah tulang itu. Saya bisa jalan tanpa tongkat tapi cacat, kaki kiri saya gak bisa di tekuk, kalopun bisa harus di paksa sama orang-orang itu, yang membuat penderitaan saya terus aja berlangsung.

Selama sebulan mereka urut kaki saya dan nekuk paksa kaki saya. Saya berontak lagi?? Kenapa Tuhan?? Belum cukup?? Saya stres berat, bingung, karna gak sembuh-sembuh bahkan malah sakit yang berkelanjutan. Saya harus ninggalin sekolah, ga tau sampe kapan, dan itu masa masa kenaikan kelas, dan ternyata sekolah kasih kelonggran, pihak sekolah mau bawain ujian ke rumah dan saya bisa ngerjain ulangan kaya temen-temen, dan saya naik. Tapi lagi-lagi Tuhan seakan ngancurin hidup saya, saya gak bisa masuk program IPA, naik aja mungkin pihak sekolah berat mutusinnya, apalagi mau masukin saya ke ipa. Saya gak bisa jadi pengurus osis, padahal saya udah berjuang untuk itu selama setahun terakhir dengan ikut LDKS. Saya gak bisa jadi ketua ROHKRIS yang saya udah idamin dari lama. Gak tau lagi harus ngapain, kenapa Tuhan gak perduli??

Setelah saya liat liat di google orang-orang yang keadaanya sama kaya saya, mereka bilang kalo urut atau dukun patah tulang sama sekali gak membantu kalo udah urusan dengkul. Itu cuma buat tambah parah aja, malah mereka ada yang uratnya robek karena kebanyakan di urut. Saya semakin bingung dan takut, akirnya saya bilang sama mama saya kalo saya mau di periksa ke dokter. Karena pengalaman temen-temen yang saya liat di google, saya juga bilang mungkin masalahnya ada di urat bukan tulang, dan kalopun harus operasi saya juga rela. Tapi mama saya bilang gak, dia tetep maksa saya untuk di urut. Akhirnya kita pindah ke pengobatan patah tulang lain di daerah bogor, 4 jam dari jakarta, dan apa?? Disana malah tambah parah, kaki saya juga di tekuk paksa sama mereka, dan sakitnya kaya abis kena minyak goreng panas, perasaan perih kaya terbakar, tapi saya tahan. Saya kasian sama ibu saya yang udah cukup cape ngurusin saya. Saya ikutin aja mau dia, 3 kali saya kesana gak ada perubahan saya bener putus asa, kecewa berat sama Tuhan, gak tau harus ngapain. Berat badan saya turun 14 kg kurang dari 1 bulan. Berulang kali saya bilang ke Tuhan “Kalo Tuhan gak bisa buat saya sembuh, ambil aja nyawa saya.” Saya kasian ngeliat muka cape mama saya, rupiah yang di keluarin untuk saya, pengorbanan begitu besar dan karena kemakan solusi sesat dari tetangga saya, lagi dan lagi mama saya nyuruh berobat ke tukang urut lain di daerah Cikeas. Tapi sekarang saya tolak tegas, saya ga mau lagi, saya paksa, sampe saya nangis bilang gak. Mama sampe mukulin saya, saya tetep bilang gak, sampe mama juga nangis di depan saya. Tapi saya pikir, “Itu bukan jalan terbaik ma, gak!!”

Akhirnya mama nyerah. Akhirnya om saya nyuruh mama saya periksa ke dokter, kita pilih RSCM karena emang dokter orthonya udah cukup terkenal. Setalah konsultasi 3 kali, patela(tempurung) saya udah naik, karena urat yang nahannya putus. Mama kaget, bener apa yang saya bilang, fix harus dioperasi, dan di jadwalin minggu depannya operasi. Jadi rencananya bakal di tanem kawat angka 8 yang bakal nahan patela balik ketempatnya, dan pendonoran urat baru dari betis kiri ke tempurung saya. H-1 saya udah masuk kamar di gedung A RSCM, pas malemnya, saya gak bisa tidur, gelisah, takut sama operasi besok karena ini pengalaman pertama saya, dan denger juga dari orang orang kalo operasi itu nyeremin. Saya ambil sikap untuk berdoa, saya nangis (lagi) sama Tuhan, tapi kali ini dengan keadaan yang beda. Sama mau percaya, saya serahin semuanya sama Tuhan, saya bersyukur buat segala sesuatu yang Tuhan percayain buat saya termasuk kesakitan ini dan sekitar 1 jam curhat sama Tuhan, saya tidur. Ngerasa lelap banget, berasa banget Yesus ada di sisi saya saat itu. Besok paginya semangat kesembuhan nyamperin saya, gak ada rasa cemas bahkan saat saya berada di ruang operasi, bahkan lirik lagu “Dengan cara yang ajaib dia buka jalan” terus muter-muter di kepala saya, kasih saya berkat dan semangat. Dokter yang menyenangkan dan bersahabat saya tau dipilihkan Tuhan khusus buat saya :), karena saya di bius lokal saya bisa ngobrol-ngobrol sama semua dokternya. Sekitar 2 jam di ruang operasi salah satu dokter ngomong, dan sayup-sayup saya denger, "Dok, ada masalah." Saya kaget, ohhh apalagi Tuhan, terus gak inget apa apa lagi karena ternyata saat itu saya di beri obat tidur sama dokter, pas bangun baru tau kalo donor urat dari betis kiri gagal karena urat yang ada juga rusak, dokter gak ngira sebelumnya, akirnya diambil dari betis kanan, itu cukup buat saya shock karena saya pun gak tau bakal separah itu. Sekarang sudah sebulan pasca operasi dan saya siap untuk sembuh. Saya tau saya salah karena udah nyalahin Tuhan untuk semua kejadian ini. Saya tahu gak ada sedikitpun hak saya buat benci bahkan hakimin Tuhan. Saya tahu betapa egoisnya saya untuk gak bersyukur buat anugrah yang Tuhan kasih dalam kehidupan saya, bahkan kebaikan Tuhan yang udah nyelametin hidup saya yang waktu itu sempet saya lupain. Saat ini, saya mau selalu percaya Tuhan menyertai saya di setiap langkah saya, saya mau bersyukur buat setiap keputusan yang udah Tuhan ambil dalam kehidupana saya, apapun itu, saya tau yang terbaik. Lewat kesaksian ini saya cuma mau berbagi dan nunjukin kebaikan tangan Tuhan Yesus yang gak pernah berhenti ngalir dalam kehidupan saya. Mungkin ada temen-temen yang ngerasin ditinggal sendirian saat ini, tapi percayalah Tuhan ada di sisimu selalu, saya bisa bilang itu, karena saya udah ngerasainnya. Tetap semangat :) Tuhan Yesus memberkatimu.
Sumber : Yulaina

Segala sesuatu yang berkaitan dengan isi dan kebenaran dari kisah di atas diluar tanggung jawab Jawaban.com

Otis Clark : Penginjil tertua di Dunia (INSPIRASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)

Pastor Otis Clark adalah contoh orang yang hidup bersandar pada kekuatan Roh Kudus dan dia memiliki pengalaman lebih dari satu abad dalam melayani Tuhan. Clark yang berusia 107 tahun adalah penginjil tertua di dunia saat ini yang masih aktif.

Clark adalah anggota dari Azusa Street Mission di California, AS dan dulu juga dibaptis di Gereja Azusa Street. Clark lahir pada tahun 1903 di Oklahoma sebelum tempat tersebut menjadi sebuah negara resmi. Pada tahun 1921, ia pindah ke Los Angeles, California karena melarikan diri dari kerusuhan antar ras di Tulsa.

Di Los Angeles, kehidupan Clark sangat kacau dan ia tenggelam dalam kemabukan dan gemerlap dunia malam yang menggoda. Ia pernah bekerja untuk bintang film seperti Joan Crawford, Gable Clark, dan Charley Chaplin. Di usianya yang ke-25, ia dijebloskan di penjara karena kebiasaan mabuknya menenggak wiski.

Di penjara, akhirnya membawa Clark kepada Kristus, dan ia dibaptis di Gereja Azusa pada tahun 1930. Gereja Azusa Street sendiri memiliki sejarah yang luar biasa yang dimulai oleh William J. Seymour pada tahun 1906. Dari sinilah munculnya kebangkitan gerakan pantekosta yang kemudian mendunia. Di tempat ini Clark melayani dan memimpin Azusa Street Mission.

Pada usianya yang ke-103, Clark memulai perjalanan misi pertamanya ke luar negeri ke Afrika dan kembali lagi ke AS pada tahun berikutnya. Selanjutnya, pada Juli tahun ini, ia berencana untuk mengunjungi Jamaika untuk perjalanan misi lain.

Sampai saat ini, penginjil berkulit hitam ini masih tetap sehat, tidak mengonsumsi obat, dan tidak pernah berhenti mencari teman. Dia juga terus memberitakan Injil ke seluruh dunia dan mengatakan kepada kepada semua orang bahwa sumber kekuatan manusia hanya dapat ditemukan melalui kekuatan doa. (cbn)