Albert Christian memiliki mimpi besar, ia ingin menjadi orang yang berhikmat, memiliki karisma dan menjadi seorang pemimpin besar. Sedari kecil ayahnya meyakinkannya bahwa ia ditentukan untuk jadi pemimpin besar karena dirinya adalah titisan dari leluhurnya.
Sejak kecil, Albert senang belajar bela diri. Ilmu beladiri yang dimilikinya membuat Albert disegani oleh teman-temannya, dan menjadi buah bibir di kampungnya.
“Saya memiliki indera ke enam, bisa merasakan hal-hal yang akan datang. Saya juga memiliki kesaktian penglihatan, contohnya teman saya punya uang berapa di kantongnya, saya bisa melihat seperti di tv, jumlahya sekian, saya bisa tebak dengan tepat.”
Beranjak dewasa, Albert memperdalam ilmu-ilmu yang dimilikinya. Ia mempelajari ilmu kebatinan, yaitu ilmu karisma atau ilmu kebatinan. Untuk mendapatkan ilmu itu, Albert harus menjalani puasa selama tiga hari atau yang disebutnya puasa pati geni.
Sejak mempelajari ilmu kebatinan itu, Albert mengalami sesuatu yang tidak biasa. Dia sering melihat sesosok orang yang bercahaya, namun ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Setiap kali sosok itu muncul dalam mimpinya, Albert langsung terbangun. Tidak hanya itu, rohnya sering kali keluar dari tubuhnya. Ia bangun dari tidurnya, namun dirinya bisa melihat tubuhnya masih terbaring di tempat tidur.
Namun semua ilmu dan kekuatan yang dimilikinya tidak membuat Albert menjadi seorang pemimpin yang baik, malah menjadi pemimpin yang arogan. Ia sering memarahi bawahannya dengan sangat kasar, bahkan menantang mereka untuk berkelahi.
Karena kesombongan dan gengsinya yang tinggi, hampir setiap hari mengajak teman-temannya ke diskotik. Baginya adalah sebuah kebanggan dapat mentraktir teman-temannya untuk bersenang-senang.
Dibalik kewibawaannya, Albert menyembunyikan sebuah rahasia dengan rapi. Ilmu-ilmu yang dimilikinya membuat Albert menjadi seorang pecandu seks.
“Saya kemas sedemikian rupa, sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Karena saya memegang gengsi. Menjaga yang namanya wibawa. Menjaga yang namanya nama baik, karena bagi saya hal itu adalah kehormatan.”
Tetapi kehidupan berkata lain, pekerjaan yang sebelumnya memberikan kemewahan, dan hormat dari teman-temannya, tiba-tiba harus ia rebut darinya. Albert mengalami PHK, dan ia pun menjalani hidup sebagai seorang pengangguran. Saat itulah ia mulai merenungkan kehidupannya.
“Saya kadang sekitar jam-jam setengah dua pagi itu terbangun, ‘Kalau saya mati bagaimana? Andaikan saya mati mau kemana? Ke sorga atau ke neraka? Selamat atau tidak?’”
Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui Albert. Dia bertanya-tanya apakah ilmu-ilmu yang dimilikinya bisa membawanya kepada kehidupan kekal. Namun setelah ia merenungkan, orang sesakti apapun pada akhirnya akan mati.
“Apa bedanya orang yang berilmu dan tidak? Saya punya ilmu yang bikin saya punya kelebihan, tapi kalau ngga selamat buat apa?”
Dalam keadaannya yang galau itu, Albert di ingatkan pada apa yang ia lakukan di masa kecilnya. Dulu ia memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan dan merasakan damai sejahtera, tidak seperti sekarang ini. Di dalam hati Albert mulai muncul kerinduan untuk kembali bersekutu dengan Tuhan.
Albert akhirnya menemui seorang hamba Tuhan dan meminta tolong untuk di doakan. Namun untuk melepaskan semua ilmu yang ia miliki bukanlah sesuatu yang mudah. Ia merasakan kesakitan yang amat sangat.
“Menyakitkan dan sangat sulit, karena saya belajar ilmu itu banyak banget,” demikian Albert menceritakan apa yang ia rasakan saat doa pelepasan.
Tidak ada kekuatan di dunia ini yang terlalu kuat bagi Tuhan. Demikian juga dengan semua ilmu kebatinan yang mengikat Albert, kuasa Allah sanggup membebaskannya. Dalam nama Yesus Kristus, Albert dibebaskan dan dipulihkan dari keterikatan ilmu kebatinan dan juga seks.
“Seratus persen saya bebas. Saya merasakan kesegaran yang luar biasa dan hati saya merasakan kemerdekaan, seperti tidak ada beban. Luar biasa, saya merasa bangga bertemu dengan Tuhan Yesus. Semua ilmu yang pernah saya pelajari tidak bisa dibandingkan dengan Tuhan Yesus. Di dalam Dia saya menemukan damai sejahtera, sukacita, dan juga kepastian keselamatan.”(Kisah ini ditayangkan 11 November 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian :
Albert Christian
Sejak kecil, Albert senang belajar bela diri. Ilmu beladiri yang dimilikinya membuat Albert disegani oleh teman-temannya, dan menjadi buah bibir di kampungnya.
“Saya memiliki indera ke enam, bisa merasakan hal-hal yang akan datang. Saya juga memiliki kesaktian penglihatan, contohnya teman saya punya uang berapa di kantongnya, saya bisa melihat seperti di tv, jumlahya sekian, saya bisa tebak dengan tepat.”
Beranjak dewasa, Albert memperdalam ilmu-ilmu yang dimilikinya. Ia mempelajari ilmu kebatinan, yaitu ilmu karisma atau ilmu kebatinan. Untuk mendapatkan ilmu itu, Albert harus menjalani puasa selama tiga hari atau yang disebutnya puasa pati geni.
Sejak mempelajari ilmu kebatinan itu, Albert mengalami sesuatu yang tidak biasa. Dia sering melihat sesosok orang yang bercahaya, namun ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Setiap kali sosok itu muncul dalam mimpinya, Albert langsung terbangun. Tidak hanya itu, rohnya sering kali keluar dari tubuhnya. Ia bangun dari tidurnya, namun dirinya bisa melihat tubuhnya masih terbaring di tempat tidur.
Namun semua ilmu dan kekuatan yang dimilikinya tidak membuat Albert menjadi seorang pemimpin yang baik, malah menjadi pemimpin yang arogan. Ia sering memarahi bawahannya dengan sangat kasar, bahkan menantang mereka untuk berkelahi.
Karena kesombongan dan gengsinya yang tinggi, hampir setiap hari mengajak teman-temannya ke diskotik. Baginya adalah sebuah kebanggan dapat mentraktir teman-temannya untuk bersenang-senang.
Dibalik kewibawaannya, Albert menyembunyikan sebuah rahasia dengan rapi. Ilmu-ilmu yang dimilikinya membuat Albert menjadi seorang pecandu seks.
“Saya kemas sedemikian rupa, sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Karena saya memegang gengsi. Menjaga yang namanya wibawa. Menjaga yang namanya nama baik, karena bagi saya hal itu adalah kehormatan.”
Tetapi kehidupan berkata lain, pekerjaan yang sebelumnya memberikan kemewahan, dan hormat dari teman-temannya, tiba-tiba harus ia rebut darinya. Albert mengalami PHK, dan ia pun menjalani hidup sebagai seorang pengangguran. Saat itulah ia mulai merenungkan kehidupannya.
“Saya kadang sekitar jam-jam setengah dua pagi itu terbangun, ‘Kalau saya mati bagaimana? Andaikan saya mati mau kemana? Ke sorga atau ke neraka? Selamat atau tidak?’”
Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui Albert. Dia bertanya-tanya apakah ilmu-ilmu yang dimilikinya bisa membawanya kepada kehidupan kekal. Namun setelah ia merenungkan, orang sesakti apapun pada akhirnya akan mati.
“Apa bedanya orang yang berilmu dan tidak? Saya punya ilmu yang bikin saya punya kelebihan, tapi kalau ngga selamat buat apa?”
Dalam keadaannya yang galau itu, Albert di ingatkan pada apa yang ia lakukan di masa kecilnya. Dulu ia memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan dan merasakan damai sejahtera, tidak seperti sekarang ini. Di dalam hati Albert mulai muncul kerinduan untuk kembali bersekutu dengan Tuhan.
Albert akhirnya menemui seorang hamba Tuhan dan meminta tolong untuk di doakan. Namun untuk melepaskan semua ilmu yang ia miliki bukanlah sesuatu yang mudah. Ia merasakan kesakitan yang amat sangat.
“Menyakitkan dan sangat sulit, karena saya belajar ilmu itu banyak banget,” demikian Albert menceritakan apa yang ia rasakan saat doa pelepasan.
Tidak ada kekuatan di dunia ini yang terlalu kuat bagi Tuhan. Demikian juga dengan semua ilmu kebatinan yang mengikat Albert, kuasa Allah sanggup membebaskannya. Dalam nama Yesus Kristus, Albert dibebaskan dan dipulihkan dari keterikatan ilmu kebatinan dan juga seks.
“Seratus persen saya bebas. Saya merasakan kesegaran yang luar biasa dan hati saya merasakan kemerdekaan, seperti tidak ada beban. Luar biasa, saya merasa bangga bertemu dengan Tuhan Yesus. Semua ilmu yang pernah saya pelajari tidak bisa dibandingkan dengan Tuhan Yesus. Di dalam Dia saya menemukan damai sejahtera, sukacita, dan juga kepastian keselamatan.”(Kisah ini ditayangkan 11 November 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian :
Albert Christian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar